Managing Director Philip Morris wilayah Inggris Raya, Peter Nixon mengaku optimistis akan masa depan produk rokok elektrik handalnnya, IQOS. Kendati saat ini produk rokok konvensional Marlboro masih menjadi tumpuan utama Philip Morris, Nixon yakin IQOS bakal merajai pasar industri rokok di masa yang akan datang.
“IQOS ibarat ‘iPhone’ di industri kami. Saya yakin produk ini bakal menjadi alternatif terbaik di industri ini,” ujar Nixon. Dirinya mengklaim bahwa IQOS tidak mengandung 90 persen komponen berbahaya yang biasanya ditemui dalam rokok konvensional. Produk ini merupakan hasil dari penelitian 15 tahun yang dilakukan Philip Morris dalam mengembangkan produk tembakau bebas asap.
Kepopuleran IQOS bahkan membuat beberapa vapers menyatakan IQOS adalah kepanjangan dari “I Quit Ordinary Smoking” atau jika diterjemahkan saya berhenti merokok saja. Philip Morris sendiri menyatakan IQOS bukanlah akronim dari apapun, hanya sekadar nama.
IQOS pertama kali diluncurkan di Jepang pada November tahun 2014 lalu. Sukses menjadi sensasi seketika, saat ini IQOS sudah menembus pasar di lebih dari 40 negara di seluruh dunia. Philip Morris mengklaim, saat ini sebanyak 3,7 juta konsumen telah beralih ke IQOS secara global.
Dalam perjalanannya, IQOS mendapat banyak rintangan, salah satunya ketika berupaya menembus pasar Amerika Serikat. Awal tahun ini, Food and Drug Administration (FDA) menolak klaim dari Philip Morris yang menyatakan IQOS lebih aman dari rokok konvensional.
Selain itu, harga IQOS yang relatif lebih mahal membuat para perokok harus berpikir dua kali apabila ingin mencari alternatif rokok yang lebih murah. Sebagai gambaran, harga IQOS di pasaran Inggris adalah sebesar GBP 49.00 per alat, sementara harga rokok per pak dikisaran GBP 8.00. Nixon sendiri mengakui masalah harga memang tergantung dari beberapa faktor, salah satunya alat dan likuid yang digunakan.
(Via This is Money)
Comments