Bima Yudhistira: Cukai Tinggi Dinilai Tidak Adil

By Bayu Nugroho | News | Minggu, 21 Oktober 2018

Penetapan cukai 57 persen dirasa berat oleh beberapa kalangan, terutama pelaku bisnis kecil yang baru memulai di bidang ini. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bima Yudhistira, berpendapat seharusnya industri seperti ini harus didukung dulu alur perkembangannya, dikarenakan resiko yang dihasilkan terhadap kesehatan 95 persen lebih kecil ketimbang dengan rokok tembakau umumnya.

Bila berbicara soal angka, Indonesia termasuk pengguna vape terbanyak di kawasan benua asia tenggara. Dengan angka pengguna satu juta per hari, bisa dikatakan industri ini bukanlah industri baru yang tak menjanjikan. Jika melihat angka perokok di tahun 2008 lalu saja, per harinya orang Indonesia mampu menghabiskan 658 juta batang rokok. Jika dihitung dengan uang, ini bisa bernilai sekitar Rp 330 miliar.

Bima Yudhistira / harnas.co
Pemerintah harusnya mendukung industri ini, bukan memberikan cukai terlalu tinggi.

“Pemberian cukai besar pada rokok tembakau bisa menjadi hal yang wajar, bila melihat dari resiko yang ditimbukan. Namun hal ini dirasa tidak adil jika diterapkan juga pada rokokk elektrik,” tambah Bima.

Rokok elektrik memang sebuah hal yang baru di Indonesia, terlebih produk ini sukses berkat banyaknya pengguna rokok tembakau yang ingin terlepas dari bahaya penyakit seperti kanker paru-paru, jantung koroner, stroke dan berbgai penyakit mematikan lainnya. “Pemerintah dapat melakukan efisiensi anggaran BPJS Kesehatan jika masyarakatnya semakin sehat dengan tidak banyak mengeluarkan pembiayaan pengobatan berbagai penyakit yang disebabkan rokok bakar,” kata Bima.

(Via Merdeka)

Comments

Comments are closed.