Penggunaan vape atau rokok elektrik oleh anak di bawah umur menjadi gejala baru di kalangan remaja. Sejatinya, sejak zaman rokok konvensional sekalipun, penggunaan produk tembakau di kalangan remaja memang sulit dikontrol.
Ingin dianggap keren, butuh inspirasi hingga bagian dari gaya merupakan yang biasanya membuat pelajar mulai merokok. Lantas, apa alasan para pelajar menggunakan rokok elektrik, serta mengapa angka persentase pengguna rokok elektrik di kalangan remaja semakin meningkat?
Studi yang dilakukan oleh National Institute on Drug Abuse di Amerika Serikat berusaha menemukan jawabannya. Survei yang dilakukan terhadap 44 ribu pelajar kelas 8 hingga kelas 12 ini merupakan bagian dari survei tahunan soal penggunaan obat dan zat adiktif lainnya di kalangan remaja.
Hasil penelitain tersebut menemukan penggunaan vape di kalangan pelajar SMA naik hingga 20,9 persen dari tahun lalu. Angka ini meningkat hampir dua kali lipat dari persentase di tahun 2017 sebesar 11 persen.
Ketika membedah faktor-faktor apa saja yang membuat angka tersebut meningkat, salah satu faktor utamanya adalah semakin mudahnya barang tersebut diakses. Mulai dari semakin bertambahnya vape store yang tidak melakukan verifikasi identitas konsumen, hingga penjualan online yang sulit diatur.
Selain itu, bentuk rokok elektrik yang menarik dan ramah remaja juga disinyalir meningkatkan rasa ingin tahu para pelajar untuk mencoba vaping. Salah satunya adalah JUUL yang dianggap memiliki bentuk unik, seperti flashdisk yang membuat mereka mudah menyembunyikan peralatan vaping mereka.
Penyebab lainnya adalah berkurangnya stigma negatif terhadap pengguna vape dan rokok elektrik. Hal ini setelah ditemukannya beberapa penelitian yang menemukan vape adalah alternatif yang lebih aman dari rokok konvensional.
“Ada pula pelajar yang mengaku mencoba vape beraroma karena memiliki rasa likuid yang enak, seperti mangga, stroberi, anggur, kopi, dan lain-lain,” tulis penelitian tersebut.
Sebelumnya, Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (US Food and Drug Administration atau FDA) telah menyatakan vaping di kalangan remaja sebagai epidemi atau wabah penyakit untuk generasi muda AS. Mereka juga telah melarang penjualan likuid beraroma, guna mengurangi daya tarik vaping di kalangan remaja.
Pandangan para pakar kesehatan pun terbelah dalam menyikapi meningkatnya penggunaan rokok elektrik dan vape. Sebagian menyatakan penggunaan vaping di kalangan pelajar dan remaja berpotensi menjadi pintu gerbang bagi mereka untuk kecanduan nikotin, dan akhirya lebih tertarik mencoba produk tembakau seperti rokok dan cerutu.
Di sisi lain, beberapa pakar menyayangkan sikap FDA yang terkesan agresif dalam memberantas vaping. Pasalnya, vape sebagai produk yang memiliki risiko bahaya lebih rendah dibandingkan rokok, bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk berhenti merokok.
(Via Reuters)
Comments