Beda Pilihan Politik, Karyawan Vape Shop Ini Tolak Layani Pelanggannya

By Vapemagz | News | Senin, 31 Desember 2018

Panasnya suhu politik nyatanya tak hanya terjadi di Indonesia. Di negeri yang dianggap sebagai kiblat dari demokrasi, Amerika Serikat, hal tersebut juga masih terjadi. Sebuah video viral di sosial media menunjukkan aksi diskriminasi seorang karyawan vape shop, yang menolak melayani pelanggannya lantaran berbeda pilihan politik.

Adalah Ian Furgeson, pria 36 tahun asal Georgia yang mendapat perlakuan tak menyenangkan itu saat hendak berbelanja Xhale City, vape shop di Kota Tucker, Jumat (28/12). Furgeson diusir oleh oknum karyawan Xhale City setelah masuk ke toko mengenakan topi bertuliskan “MAGA” yang berarti Make America Great Again, slogan kampanye dari Trump.

“Saya diminta untuk meninggalkan toko. Awalnya dia menyambut saya dengan baik, saya menemukan barang yang ingin saya beli, namun hal berikutnya adalah dia meminta saya untuk pergi,” kata Furgeson.

Tak ingin pergi begitu saja, Furgeson lantas mengeluarkan ponselnya dan berusaha merekam kejadian tersebut. Karyawan tersebut meminta Furgeson berhenti untuk merekam, atau dirinya bakal memanggil polisi. “Pergi sana, bung. Saya tidak tahan menghadapi kalian para rasis,” ujar karyawan itu.

Karyawan itu lalu memanggil temannya untuk mengeluhkan hal tersebut. “Dia menggunakan topi yang bertuliskan slogan omong kosong dari Trump. Saya tak mau melayani siapapun yang berurusan dengan dia. Saya akan memanggil polisi dan memintanya untuk pergi,” ucap karyawan berkacamata itu.

Facebook/Ian Ferguson
Ian Ferguson (36), merupakan pendukung setia Presiden AS saat ini, Donald Trump.

Furgeson tak menyerah begitu saja. Dirinya berkata bahwa dirinya tidak rasis dan hanya ingin membeli vape juice untuk istrinya. Perdebatan antara kedua orang ini memicu perhatian dari pelanggan lainnya.

Karyawan tersebut kembali berusaha mengusir Furgeson. “Enyah dari sini,” ujar karyawan yang nampak memiliki janggut merah itu. Furgeson pun tak tinggal diam. “Tinggal jual saja produk yang saya minta jadi saya bisa pergi!” ujarnya.

Akhirnya karyawan tersebut memberikan produk yang diminta Furgeson. Tak berhenti disitu, Furgeson mencoba memprovokasi karyawan itu lagi. “Tuhan memberkati Amerika. Kapitalisme menang lagi,” ujarnya.

Karyawan itu kembali kehilangan kontrol dan memaki Furgeson. “Persetan dengan kapitalisme, dengan Presidenmu. Dia hanya orang rasis bodoh. Keluar! Keluar!,” ujar karyawan itu.

“Coba periksa, dia (Trump) masih Presidenmu,” kata Furgeson yang akhirnya keluar sembari menunjukkan jari tengah ke karyawan tersebut.

Facebook/Ian Furgeson
Oknum karyawan Xhale City yang menolak untuk melayani Furgeson lantaran berbeda pandangan politik.

Setelah kejadian itu, Furgeson mengunggah video itu ke akun Facebook miliknya dengan keterangan “Sindrom ketakutan Trump menyerang lagi.” Video itu pun viral dan dibagikan lebih dari 200.000 kali serta ditonton lebih dari 7,5 juta penonton.

Furgeson mengaku perwakilan dari Xhale City telah menghubunginya dan meminta maaf atas kejadian tersebut. Sebelumnya, melalui akun facebooknya, Xhale City mengunggah permintaan maaf sekaligus konfirmasi bahwa karyawan tersebut telah dipecat. Hanya saja, unggahan tersebut telah dihapus, begitu pula dengan akun media sosial lainnya milik perusahaan.

“Untuk para kawan dan pelanggan kami, malam ini karyawan kami telah bertindak tidak selayaknya kepada pelanggan. Xhale City tidak mentoleransi perilaku seperti ini. Begitu kami mengidentifikasi kesalahan karyawan itu, kami langsung memecatnya,” kata perwakilan dari Xhale City.

“Kami telah berbicara dan meminta maaf kepada pelanggan secara langsung. Kami menghargai para klien dan melayani mereka dengan rasa hormat dan martabat, apapun pandangan politik mereka,” tambah perusahaan itu.

Nampaknya kejadian di Georgia ini bisa jadi pelajaran untuk dunia perpolitikan, khususnya Indonesia yang akan menyambut tahun 2019 sebagai tahun politik. Seperti kata orang bijak: hati boleh panas, kepala harus dingin. Jangan sampai perbedaan politik itu merusak hubungan sosial dan kehidupan itu sendiri.

(Via Daily Mail)

Comments

Comments are closed.