Beasiswa Bulutangkis Djarum, Demi Prestasi atau Eksploitasi?

By Vapemagz | News | Senin, 18 Februari 2019

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai industri rokok telah melakukan eksploitasi anak dari hulu sampai hilir. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh perusahaan rokok nasional, Djarum. Selama 10 tahun terakhir, Djarum melalui program Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis dituding telah melibatkan anak-anak berusia enam tahun hingga 15 tahun untuk mempromosikan produk rokok.

“Industri rokok berpotensi tinggi melakukan eksploitasi anak dari hulu hingga hilir. Anak-anak dieksploitasi sejak dari pertanian tembakau hingga dalam iklan, promosi dan sponsorship mereka,” kata Siti Hikmawati, Komisioner Penanggung Jawab Bidang Kesehatan dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza) KPAI.

Siti mengatakan, Djarum telah melanggar PP 109 tahun 2012 terkait Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Pasalnya, anak-anak yang menjadi peserta audisi ini diwajibkan mengenakan kaos dengan logo produk rokok. Hal ini menjadikan tubuh anak sebagai media untuk mempromosikan rokok.

“KPAI menganut restorative justice, saat ini KPAI masih mendiskusikan pelanggaran ini. Pertama yang kita lakukan adalah mengatakan bahwa kegiatan ini sudah melakukan sebuah eksploitasi tentu itu butuh penyadaran. Jika Djarum mau berubah dan tidak mengulangi lagi, maka kita tidak perlu sampai ke polisi,” ujar Sitti.

Ketua Yayasan Lentera Anak (YLA) Lisda Sundari membandingkan biaya yang harus dikeluarkan industri rokok untuk beriklan menggunakan spanduk atau media lainnya, dengan biaya yang jauh lebih murah bila menggunakan kaos yang dipakai anak-anak peserta audisi tersebut. Alih-alih mencari bibit-bibit olahragawan berprestasi, Lisda menilai audisi tersebut lebih bertujuan untuk mempromosikan produk rokok.

“Apalagi, selama 10 tahun penyelenggaraan audisi dengan melibatkan 23.683 anak, hanya 245 anak saja yang akhirnya mendapatkan beasiswa,” ucap Lisda.

PBDjarum.org
KPAI menilai Djarum telah memanfaatkan anak dalam hal ekonomi dan menjadikan mereka sebagai bagian pemasaran. (ZAL)

Psikolog Liza Marielly Djaprie mengatakan audisi tersebut patut diduga memiliki tujuan terselubung, yakni membangun persepsi pada anak-anak bahwa rokok adalah hal yang normal dan baik. Padahal dalam usia anak-anak, otak manusia diibaratkan bagaikan spons yang menyerap informasi yang diterima sesuai dengan yang disampaikan.

“Bila rokok dipersepsikan sebagai bulutangkis dan pemberi beasiswa, mereka akan menerima seperti itu. Persepsi tersebut akan masuk ke dalam memori anak, tinggal menunggu waktu saja mereka akan mulai mencoba rokok dan menjadi konsumen baru. Industri rokok akan selalu mencari regenerasi konsumen,” kata Liza.

Sementara itu, kriminolog Hamid Patilima mengatakan rokok telah melemahkan negara dari sisi tumbuh kembang anak. Audisi bulutangkis tersebut akan membawa dampak besar bagi negara. “Bisa mencetak juara yang berprestasi, tetapi di sisi lain juga akan melemahkan negara. Negara harus bertindak,” katanya.

KPAI telah mendorong pemerintah mewadahi dan melakukan pembinaan atlet pebulu tangkis sejak dini. Menurut KPAI, bagian ini sebaiknya juga dilakukan oleh Kemenpora, agar pemerintah bisa mengambil alih.

Sekadar informasi, Djarum memang memiliki klub pembinaan bulutangkis yakni PB Djarum. Klub yang bermarkas di Kudus, Jawa Tengah ini sebenarnya sudah mencetak banyak pemain-pemain kelas dunia, sekelas Tan Joe Hok, Liem Swie King dan Haryanto Arbi.

Selain itu, peraih medali emas Olimpiade Rio 2016, Tontowi Ahmad juga merupakan pemain binaan PB Djarum. Nama terakhir yang saat ini sedang naik daun adalah Kevin Sanjaya Sukamuljo, peraih medali emas ganda putra Asian Games 2018 yang saat ini menduduki peringkat 1 dunia BWF.

(Via Antara)

Comments

Comments are closed.