APVI: SNI HPTL Secara Keseluruhan Akan Digarap 2021

By Vapemagz | News | Minggu, 9 Agustus 2020

Penyusunan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk rokok elektrik yang tergolong hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL) akan dilakukan pada 2021. Tahun ini, pemerintah akan terlebih dahulu menggarap SNI untuk produk tembakau yang dipanasakan atau heated tobacco product (HTP).

Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto menjelaskan pihaknya sudah beberapa kali diundang Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk membahas standarisasi HPTL. Karena keterbatasan waktu, maka Kemenperin memutuskan untuk memprioritaskan HTP terlebih dahulu.

“Tahun ini efektif tersisa 4 bulan lagi. Sebenarnya yang kita ajukan semuanya (HPTL), namun dari sisi industri memang belum siap,” kata Aryo saat ditemui Vapemagz Indonesia.

Menurut Aryo saat ini memang produk HTP masih sedikit dan pelaku bisnisnya adalah perusahaan-perusahaan besar, seperti Philip Morris dengan brand IQOS dan British American Tobacco (BAT) dengan produk Glo. Ini membuat pembahasan SNI HTP lebih sederhana dan dapat didahulukan.

Thomas Rizal/Vapemagz Indonesia
Ketua APVI, Aryo Andrianto.

Perusahaan-perusahaan besar tersebut juga sedang menggarap SNI untuk rokok putih. Sementara produk HPTL khususnya vape sudah sangat beragam. Aryo menyebut pelaku industri ini 95 persen merupakan pelaku usaha kelas kecil dan menengah (UMKM).

Dengan produk dan pebisnis yang begitu banyak, penyusunan standar HPTL memang lebih rumit untuk dilakukan. Aryo memastikan untuk SNI HPTL secara keseluruhan akan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk APVI yang menaungi para pelaku industri personal vaporizer di Indonesia.

“Regulasi ini sebenarnya diperlukan supaya industri ini nanti lebih rapi lagi. Jadi rencananya SNI tahun 2021 juga awalnya masih non wajib, tetapi disosialisasikan terlebih dahulu. Sama seperti cukai HPTL tahun 2018 lalu, ada relaksasi selama tiga bulan,” kata Aryo.

“Standarisasinya termasuk kandungan likuid, perangkat, lalu hal-hal teknis lainnya. Misalnya buku panduan produk dalam bahasa Indonesia, karena saat ini kan seperti device banyak yang masih hanya menggunakan bahasa Inggris,” ucap Aryo menjelaskan.

Comments

Comments are closed.