Anggota parlemen Amerika Serikat menginginkan aturan yang lebih ketat untuk perusahaan rokok elektrik. Pada sidang parlemen Rabu (5/2/2020), mereka menyalahkan para eksekutif perusahaan rokok elektrik karena dianggap telah memperkenalkan generasi baru nikotin ke para remaja atau anak di bawah umur (underage vapers).
AS sedang mencari untuk menyusun aturan baru untuk industri di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang vaping di kalangan remaja. Kongres baru-baru ini menaikkan usia untuk membeli produk tersebut menjadi 21. Presiden Donald Trump juga telah menandatangani larangan rasa secara parsial.
Dalam sidang itu, para eksekutif dari perusahaan seperti JUUL, Reynolds American, NJOY dan Fontem juga turut mengikuti sidang tersebut dan mendengarkan secara langsung tuntutan dari Kongres. Perusahaan mengklaim telah mengambil langkah untuk membatasi penggunaan di kalangan remaja.
Anggota Kongres dari New Jersey, Frank Pallone mengatakan tindakan para perusahaan sedikit terlalu terlambat. “Kemajuan signifikan yang kami buat untuk mengurangi penggunaan tembakau hilang begitu saja. Produsen harus bertanggung jawab,” katanya.
Perwakilan dari perusahaan itu meyakinkan bahwa produk mereka dimaksudkan untuk membantu perokok dewasa berhenti merokok. Perusahaan-perusahaan ini sendiri dikecam lantaran beberapa produk dijual dalam rasa seperti mint atau vanilla yang menarik bagi remaja. Ditambah lagi masalah kecanduan lantaran produk mengandung nikotin.
Menurut survei dari Centers for Disease Control (CDC), lebih dari 27 persen remaja AS berusia 14-18 dan sekitar 10 persen dari mereka yang berusia 11-13 tahun telah menggunakan rokok elektrik setidaknya sekali dalam 30 hari terakhir. Mulai Mei perusahaan yang menjual rokok elektrik di Amerika Serikat harus mendapatkan tinjauan dan disetujui terlebih dahulu oleh Food and Drug Administration.
Perusahaan mengatakan mereka juga prihatin tentang penggunaan vape di kalangan remaja, yang mereka katakan juga mengancam ekosistem industri.
“Saya tahu masalah ini menempatkan kita semua dalam risiko jika kita tidak membuat perkembangan lainnya,” kata KC Crosthwaite, kepala eksekutif JUUL Labs. Perusahaan rokok elektrik terbesar di AS itu sebelumnya telah menjadi “sasaran tembak” dan dituding sengaja memasarkan produk kepada remaja.
JUUL sendiri telah menangguhkan iklan dan menghentikan penjualan sebagian besar produk rasa (termasuk mint) yang menyumbang sekitar 70 persen dari penjualannya. Tindakan itu juga memotong keuntungan bisnis perusahaan.
Altria pembuat Marlboro yang mengakuisisi 35 persen saham JUUL Labs tahun 2018 lalu baru-baru ini mencatat nilai investasinya menyusut sekitar dua pertiga. Perusahaan lainnya, Imperial Brands yang memproduksi blu eCigs juga telah menjelaskan kepada investor bahwa tindakan keras terhadap vaping akan mengganggu pertumbuhan bisnis.
(Via BBC)
Comments