Petani Tembakau Bermitra dengan Perusahaan, Bagaimana Peruntungannya?

By Vape Magz | News | Rabu, 19 Januari 2022

Kesejahteraan petani menjadi salah satu hal yang penting untuk keberlangsungan sektor pertanian. PT HM Sampoerna Tbk pun bermitra dengan para petani tembakau untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Dilansir dari keterangan resmi perusahaan, Rabu (19/1/2022), lhairi dan Mursidi adalah dua dari puluhan ribu petani yang menjadi petani mitra melalui perusahaan pemasok tembakau yang bermitra dengan Sampoerna. Alhairi dan ribuan petani lainnya menjadi bagian dari Integrated Production System (IPS) atau Sistem Produksi Terpadu yang telah dijalankan Sampoerna sejak tahun 2009 di beberapa sentra penanaman tembakau di Jawa dan Lombok. Ada tiga komponen yang berkaitan langsung dengan IPS yaitu petani, pemasok, dan pabrikan. Jumlah petani yang telah bergabung dalam kemitraan ini berjumlah 23.000 petani.

Keuntungan menjadi petani mitra

Pekerjaan sebagai petani tembakau telah dijalani Alhairi selama kurang lebih 20 tahun di Jember, Jawa Timur. Pekerjaan yang dilakoni turun temurun dari orangtuanya, dengan segala suka dan duka. Setelah bergabung dengan perusahaan mitra Sampoerna, tak ada keresahan lagi. Petani yang menjadi bagian mitra pemasok tembakau Sampoerna mendapatkan jaminan hasil panennya selalu dibeli. Alhairi bergabung menjadi petani mitra Sampoerna sejak 2017. Melalui sistem kemitraan, ada komitmen pembelian tembakau dengan jumlah dan mutu yang disepakati bersama.

“Sebelum bermitra, kalau ada masa-masa seperti bencana alam, jatuh sudah. Rugi banyak itu sudah. Bisa jual-jual sawah, soalnya tidak ada jaminan untuk dibeli,” jelas Alhairi. “Setelah ikut mitra, ada jaminan dibeli. Pokoknya waktu Gunung Raung meletus, yang ikut mitra untung, selamat. Yang tidak mitra, seperti saya, jatuh waktu itu. Jadi keuntungannya itu banyak, ada jaminan dibeli,” kata Alhairi.

Banyak perubahan dan keuntungan yang didapatkan Alhairi sejak bergabung sebagai petani mitra. Selain mendapatkan jaminan pembelian tembakau, petani mitra juga mendapatkan berbagai pelatihan dan dukungan teknis sehingga mendapatkan hasil panen dengan kualitas terbaik. “Dari bedengan sampai pasca panen itu diajari semua sama pendamping. Sebelum mitra tidak diajari. Setelah ikut mitra kan dapat ilmu seperti bedengan bagus, terus rendaman dari sawah itu tinggi, soalnya diajari diberi obat sehingga rendaman tinggi,” ungkap Alhairi.

Dengan berbekal pengetahuan itu, kini mutu tembakau hasil panennya lebih bagus. Penggunaan alat dan mesin yang lebih modern, menurut Alhairi, juga membuatnya bisa berhemat dari sisi biaya. Contohnya, kata dia, ada dukungan penggunaan kultivator yang membuatnya bisa menghemat waktu dan biaya saat mempersiapkan lahan yang akan ditanami tembakau. Hal yang sama diutarakan Mursidi, yang telah menjadi petani tembakau sejak 2012. Ia bergabung menjadi petani mitra pada 2016. Menurut Mursidi, sejak menjadi petani mitra, ada keuntungan yang dirasakannya dari sisi penjualan dan dari sisi pertanian.

“Penjualan itu bisa langsung masuk gudang. Dari sisi pertanian, cara menggarap di sawah, dikawal sama petugas. Pelatihan yang didapatkan mitra itu banyak,” jelas dia. Mursidi menjelaskan, dia diajarkan cara menggunakan teknologi, sementara sebelumnya ia bertani secara manual. Pendamping pun mengajarinya cara memakai kultivator. Para petani mengakui, perekonomian keluarga menjadi lebih baik sejak menjadi bagian dari program kemitraan. Mursidi, misalnya, kini sudah bisa membangun rumah sendiri bagi keluarganya. Dari hasil penjualan tembakau, satu dari tiga anaknya kini bisa mengenyam pendidikan tinggi.

“Bisa menabung, terasa hasilnya. Hasilnya kan lumayan dibanding kita menanam padi, palawija. Itu per hektarnya kalau padi Rp 20 jutaan. Kalau tembakau bisa Rp 40 juta sampai Rp 60 jutaan,” ucap Mursidi. Kisah yang hampir sama juga dibagikan Alhairi. Satu dari tiga anaknya juga mengenyam pendidikan tinggi. Tak hanya mengalokasikan pendapatannya dari bertanam tembakau untuk pendidikan anak, Alhairi juga menginvestasikan penghasilannya dalam bentuk alat pertanian, kini ia mempunyai tiga kultivator. Kebahagiaan lain yang dirasakannya adalah membuka kesempatan bekerja bagi para tetangga dan berdampak terhadap perekonomian lingkungan sekitar. Menurut Alhairi, ada 10 pekerja yang membantunya bertanam tembakau.

Sementara, Mursidi mempekerjakan lebih banyak orang seiring dengan meluasnya lahan pertanian tembakaunya. Total, ada 12 orang yang dipekerjakan Mursidi. Dari 12 orang itu, 8 orang di antaranya perempuan dan ini sejalan dengan misi pemberdayaan perempuan yang menjadi bagian dari upaya menanggulangi isu-isu pekerja pertanian melalui Sistem Pertanian Terpadu. Selain mendapatkan komitmen pembelian tembakau, petani yang menjadi mitra dalam IPS memperoleh berbagai kebutuhan untuk bertani dan mendapatkan dukungan teknis. Dukungan itu dalam bentuk perlengkapan modern untuk meningkatkan efisiensi (Sustainable Tobacco Production Initiative atau Inisiatif Produksi Tembakau Berkelanjutan). Petani juga mendapatkan akses pembiayaan yang lebih baik untuk modal penyiapan lahan, membeli benih, dan berbagai kebutuhan lainnya. Untuk memastikan keamanan, kesehatan, dan kesejahteraan petani beserta pekerjanya, Sampoerna juga memberikan pelatihan Good Agricultural Practices dan Agricultural Labor Practices (Praktik Pekerja Pertanian yang Baik). Hal ini bagian dari kepatuhan pada standar dan peraturan yang berlaku. Sistem Produksi Terpadu memberikan manfaat bagi petani maupun pabrikan. Bagi petani, ada jaminan pembelian hasil panen. Jaminan ini turut berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mereka. Petani mendapatkan pendapatan bersih yang lebih tinggi karena panen yang mereka hasilkan berkualitas baik dan langsung mendapatkan akses untuk menjual hasil panennya. Melalui berbagai pelatihan yang didapatkan, petani mendapatkan pengetahuan tentang strategi meningkatkan efisiensi dan berpotensi menggarap lahan yang lebih besar. Adapun pabrikan mendapatkan pasokan tembakau berkesinambungan serta integritas produk.

 

(Via kompas.com)

Comments

Comments are closed.