Kehadiran vapor di industri produk tembakau memang menimbulkan pro dan kontra. Sebagian besar publik menganggap vape hanyalah pengganti dari rokok, sehingga dianggap sama-sama berbahaya bagi kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan vape lebih aman dari rokok, justru bisa digunakan sebagai alternatif untuk berhenti dari merokok.

Contohnya Taylor Yates, gadis dari Grand Junction, Colorado, Amerika Serikat. Pemudi berusia 22 tahun ini sudah kecanduan rokok sejak zaman sekolah. Dia baru bisa berhenti setelah berkenalan dengan vaping. “Saya sudah mencoba berbagai cara lainnya untuk berhenti dan itu tidak pernah berhasil. Setelah beralih ke vaping, saya benar-benar telah berhenti merokok selama sekitar satu setengah hingga dua tahun sekarang,” kata Yates.

Leszekglasner/Getty Images
Vaping dianggap sebagai hobi yang keren.

Vaping bekerja dengan baik untuknya, dan dia membagikan pengalaman itu ke ibu tirinya, yang akhirnya bisa berhenti merokok dengan cara yang sama. “Dia sebelumnya mencoba program nikotin seperti permen dan plester. Dia mencoba banyak hal yang berbeda dan tidak ada yang berhasil,” ujar Yates.

Dirinya mengakui, tidak menggunakan vape untuk gaya-gayaan dan sekadar dianggap keren, melainkan untuk berhenti merokok. Meski demikian, menurut Yates banyak teman sebayanya yang banyak vaping karena untuk gaya-gayaan semata. “Para remaja dapat membuat mod mereka sendiri, dan itu menjadi hobi bagi mereka,” ucapnya.

Departemen Kesehatan setempat mengatakan remaja memang menjadi sasaran yang rentan. “Studi menunjukkan bahwa orang muda yang menggunakan produk vapor empat kali lebih mungkin untuk merokok rokok konvensional dalam tahun depan,” kata juru Mesa County Public Health, Katie Nelson.

Menurut Katie, vaping berbahaya karena perusahaan tidak dibatasi aturan yang jelas, khususnya dalam mencampurkan komposisi kandungan vapor. “(Hal) ini tidak diatur, jadi ada banyak bahan kimia yang bisa menjadi produk vaping Anda,” kata Nelson.

(Via NBC 11)