Regulasi Ketat Bisa Cegah Vaping di Kalangan Remaja

By Vapemagz | Lifestyle | Selasa, 15 Januari 2019

Vaping di kalangan remaja telah mencapai tingkat yang bisa disebut sebagai epidemi. Menurut pejabat kesehatan federal di Amerika Serikat, tingkat underage vapers atau vapers belia di bawah umur naik 78 persen dibandingkan tahun lalu saja. Lantas, bagaimana mengatasinya?

Menurut penelitian oleh tim di University of Southern California (USC), undang-undang yang ketat tentang penjualan produk vape kepada anak-anak di bawah umur dapat mengurangi jumlah remaja yang mencoba rokok elektrik. Hukum yang kuat dengan penegakan hukum yang sama kuatnya, bekerja efektif mengurangi penggunaan tembakau.

Penelitian yang yang dipimpin oleh Dr. Rob McConnell, spesialis pencegahan medis dan kesehatan anak-anak di USC, menggunakan survei terhadap para siswa di California Selatan. Mereka mengumpulkan lebih dari 2.000 responden, dan memberikan pertanyaan apakah mereka telah mencoba vaping atau merokok.

Peneliti juga memberi bobot pada komunitas tempat para remaja itu tinggal berdasarkan jenis hukum dan penegakan untuk membatasi penjualan produk tembakau. Empat dari 14 yurisdiksi mendapat peringkat “A” berdasarkan kriteria American Lung Association, yang berarti mereka mengharuskan penjual untuk membayar biaya lisensi tahunan untuk membayar pemeriksaan kepatuhan secara teratur.

Yurisdiksi dengan peringkat A juga menggunakan denda atau hukuman pencabutan lisensi untuk menghukum pengecer yang menjual produk kepada anak-anak di bawah umur. Sementara itu, komunitas lainnya mendapat peringkat “D” atau “F”, yang berarti mereka tidak berbuat banyak untuk menghentikan pengecer menjual produk tembakau kepada remaja.

Steven Senne/Associated Press
Membuat kecanduan akan nikotin pada remaja, adalah salah satu efek buruk dari vaping yang perlu mendapat perhatian.

Hasilnya, remaja yang tinggal di komunitas kelas “A” dua pertiga diantaranya menyatakan belum pernah mencoba produk tembakau, termasuk vaping, selama satu setengah tahun terakhir. Sementara itu, mereka yang tinggal di komunitas dengan regulasi yang buruk, 50 persen diantaranya telah menjadi perokok atau vapers saat ini.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa regulasi yang tidak diatur dengan seimbang di tiap kawasan justru menyediakan celah bagi penggunaan produk tembakau di bawah umur. Selain itu, penjualan online yang tidak memiliki pengawasan juga memberi akses lebih muda kepada produk.

“Peningkatan vendor Internet rokok elektrik yang diatur dengan buruk adalah cara baru bagi anak di bawah umur untuk mendapatkan produk tembakau secara ilegal. Hal ini bisa membatasi dampak masa depan dari perizinan ritel tembakau sebagai alat pengaturan,” tulis tim dalam laporan yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics.

Sementara itu, Dr. Harold Farber, ahli pediatrik paru-paru dari Rumah Sakit Anak Texas, menyepakati hasil penelitian tersebut. “Jika Anda memiliki undang-undang yang baik dan Anda menegakkan hukum itu untuk menjauhkan tembakau dari tangan anak-anak, lebih sedikit anak-anak yang akan mendapatkan tembakau,” kata Farber.

Selain itu, dirinya menyatakan kebijakan untuk menaikkan batasan umur minimal penggunaan tembakau menjadi 21 tahun bisa menjadi solusi lainnya. “Meningkatkan batas usia minimum menjadi 21, dikombinasikan dengan penegakan hukum serta sosialisasi untuk mengurangi kebiasaan merokok kaum muda, bisa menjadi inisiatif yang sangat, sangat penting,” ujarnya.

(Via NBC News)

Comments

Comments are closed.