Pada tanggal 24 April 2019, para ilmuwan Harvard menerbitkan hasil studi vaping baru yang menunjukkan bahwa banyak e-liquid yang dijual di Amerika Serikat dipenuhi dengan mikroba dan racun mikroba. Fokus utama studi ini adalah pada dua kontaminasi individu yang juga ditemukan dalam jumlah yang jauh lebih tinggi dalam asap produk rokok tembakau. Namun media sosial dibanjiri dengan headline palsu palsu mengklaim bahwa e-liquid sarat dengan kuman jahat, mikroba, dan jamur.
Sementara jumlah masing-masing mikroba, endotoksin dan glukan, diidentifikasi setelah terindentifikasi setelah proses pengujian pada 75 produk e-liquid yang berbeda, para peneliti gagal untuk mempertimbangkan beberapa faktor penting mengenai proses penguapan itu sendiri. Pertama, asap rokok konvensional jelas dipenuhi dengan banyak racun, banyak di antaranya dihasilkan oleh pembakaran daun tembakau itu sendiri. E-liquid adalah 100 persen bebas tembakau, yang secara otomatis mengurangi tingkat toksisitas potensial mereka secara dramatis sejak awal.
Laporan Harvard berjudul “Endotoxin and (1→3)-β-D-Glucan(1→3)-β-D-Glucan Contamination in Electronic Cigarette Products Sold in the United States” diterbitkan website pemerintah AS, Environmental Health Perspectives. Laporan tersebut menunjukkan bahwa dari 75 produk uap yang dibeli secara online dan diuji secara ilmiah, 23 persen mengandung kadar endotoksin yang terukur dan 81 persen mengandung “beberapa” glukan. Endotoksin lebih umum dalam rasa buah dan rasa gurun sedangkan glukan sepuluh kali lebih mungkin terkait dengan rasa tembakau dan mentol.
Faktanya propylene glycol yang menjadi bahan utama dari e-liquid dapat membunuh banyak bentuk bakteri di udara, termasuk pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan bahkan virus influenzae. Harvard gagal menyebutkan faktor kunci ini.
(Via EHP / The Harvard Gazette)
Comments