Tiga Kategori Kelompok Pelajar Indonesia Pengguna Vape

By Vapemagz | Lifestyle | Rabu, 26 Desember 2018

Penggunaan vape oleh anak di bawah umur (underage vapers) telah menyasar kalangan remaja Indonesia. Riset dari Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.HAMKA (UHAMKA) terhadap 767 siswa SMA dan SMK di Jakarta mengungkapkan, prevalensi remaja pengguna vape mencapai 11,9 persen. Angka ini berarti 1 dari 8 pelajar SMA dan SMK telah vaping.

Peneliti dari riset ini yang juga merupakan dosen dari Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UHAMKA, Mouhamad Bigwanto mengatakan ada tiga kelompok pelajar pengguna rokok elektrik. “Sebanyak 51,6 persen adalah perokok aktif, 20,9 persen berasal dari bukan perokok (gateway), sisanya 27,5 persen adalah mantan perokok,” kata Bigwanto.

Remaja yang masuk kategori perokok aktif adalah remaja yang menggunakan rokok batangan dan elektrik dalam kehidupan sehari-hari. Mereka masih merokok dalam waktu satu bulan terakhir sebelum penelitian. Sementara itu, kelompok bukan perokok adalah para pelajar yang awalnya tidak merokok. Hal ini mendukung asumsi vape sebagai jalan masuk atau gateway remaja menuju kecanduan nikotin.

Adapun kategori yang terakhir, mantan perokok adalah kelompok pengguna vape yang tadinya sudah berhenti mengisap rokok batangan. Kelompok ini sempat sudah tidak merokok selama 30 hari.

“Image positif vape yang lebih aman dari rokok konvensional sukses menggandeng remaja yang awalnya telah berhenti merokok. Dengan kondisi ini, pemerintah sebaiknya segera mengatur regulasi vape sebelum meraih pasar yang lebih besar,” ucap Bigwanto.

M Zal Alnahar/Antarafoto
Ilustri pelajar SMA.

Sementara itu, Ketua Lentera Anak, Lisda Sundar menyatakan peredaran vape di Indonesia telah sampai di kalangan pelajar sekolah menengah. Sayangnya peredaran yang masif tidak dibarengi info yang memadai bagi kalangan pendidik. Hal ini membuat para guru terlambat mengantisipasi dan melindungi muridnya dari epidemi underage.

“Beberapa bulan lalu, ada guru di SMA Bekasi dan Tangerang Selatan bercerita yang mengira alat penghisap vape adalah power bank seperti perkataan murid. Keduanya lantas berharap ada sosialisasi soal vape supaya bisa diterapkan di sekolah,” kata Lisda.

Lentera Anak saat ini sedang menyiapkan modul pendampingan seputar vape untuk para guru. Kegiatan ini awalnya akan dilaksanakan di Jakarta dan Cibinong, Jawa Barat pada tahun 2019. Sosialisasi ini diharapkan bisa meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan guru mengenai bahaya vape.

“Pemerintah harus bisa menyikapi vape dengan aturan yang tegas. Info dan aturan soal vape saat ini masih abu-abu sehingga mudah dilanggar. Pemerintah harus segera menentukan sikap, sebelum vape mencakup pasaran yang lebih luas di kalangan remaja,” ujarnya.

(Via Detik Health)

Comments

Comments are closed.