Survei Terbaru CDC, 32,7 Persen Remaja AS Pernah Menggunakan Vape

By Vapemagz | Lifestyle | Selasa, 1 September 2020

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (US Centers for Disease Control and Prevention atau CDC) mencatat hampir sepertiga remaja di Amerika Serikat mengaku pernah menggunakan vape sepanjang tahun 2019. CDC menilai vaping sebagai salah satu kegiatan yang memiliki risiko besar bagi para remaja.

Setiap dua tahun, CDC mengumpulkan data dari sampel perwakilan nasional dari siswa sekolah menengah negeri dan swasta dari kelas sembilan hingga 12 di semua 50 negara bagian dan District of Columbia. Survei ini menjadi bagian dari Sistem Pengawasan Perilaku Berisiko Remaja, yang mulai memantau perilaku kesehatan remaja sejak tahun 1990.

Hampir sepertiga siswa (32,7 persen) yang disurvei mengatakan mereka pernah menggunakan vape. Padahal di tahun 2019 sendiri pemerintah AS telah gencar melakukan upaya pendidikan untuk membuat anak-anak berhenti atau tidak menggunakan rokok elektrik sama sekali.

Angka ini meningkat dari 13,2 persen pada 2017. Pengguna vape ini juga jauh lebih besar ketimbang remaja yang menggunakan rokok tembakau (konvensional) sebesar 6 persen, cerutu (6 persen) dan produk tembakau tanpa asap lainnya (4 persen).

“Peningkatan dramatis dalam vaping remaja menyebabkan hampir dua kali lipat penggunaan produk tembakau secara keseluruhan di kalangan siswa sekolah menengah,” kata Harold Wimmer, presiden dan CEO American Lung Association.

Reuters
Hampir sepertiga siswa (32,7 persen) di Amerika yang disurvei mengatakan mereka pernah menggunakan vape.

Penelitian terbaru menemukan hampir setengah dari remaja berniat serius untuk berhenti, 25 persen diantaranya mengaku telah mencoba berhenti tetapi gagal. Para remaja dinilai lebih sulit untuk menghentikan kebiasaan menggunakan produk tembakau karena otak mereka yang sedang berkembang lebih rentan daripada otak orang dewasa yang matang.

“Bagian pengambilan keputusan yang rasional dari otak kehilangan bagian yang lebih naluriah. Mereka menemukan diri mereka menggunakan nikotin bahkan ketika mereka benar-benar ingin berhenti,” kata Dr. Sharon Levy, direktur Program Adolescent Substance Use and Addiction di Rumah Sakit Boston Children’s.

Itulah mengapa remaja berisiko tinggi mengalami kecanduan nikotin lebih besar daripada orang dewasa. Hal itu lebih memprihatinkan sekarang, karena beberapa penelitian menumkan orang yang kecanduan nikotin memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi dari COVID-19.

“Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) memiliki kesempatan unik untuk membalikkan lonjakan penggunaan kaum muda ini, dengan menolak izin produk tembakau beraroma untuk tetap berada di pasaran saat meninjau aplikasi yang dijadwalkan oleh badan tersebut pada 9 September,” kata Wimmer.

“Sementara itu, negara bagian dan komunitas kita harus bertindak untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh kegagalan FDA untuk mengambil tindakan, dengan mengesahkan undang-undang negara bagian dan lokal untuk melarang penjualan semua produk tembakau beraroma,” tambahnya.

(Via CNN.com)

Comments

Comments are closed.