Separuh Perokok Dewasa Muda AS Akan Kembali Merokok Apabila Regulasi Vape Diperketat

By Vapemagz | Lifestyle | Selasa, 16 Juli 2019

Peraturan terkait pembatasan peredaran rokok elektrik bisa memiliki konsekuensi negaitf lain, yakni mendorong vapers kembali merokok. Para dewasa muda di Amerika Serikat yang melakukan vape dan merokok mengatakan dalam survei yang dilaksanakan oleh Duke University bahwa pembatasan konten nikotin, likuid rasa, dan rokok elektrik dapat mendorong mereka untuk kembali merokok rokok konvensional.

Perangkat rokok elektrik seperti JUUL dianggap kurang berbahaya daripada rokok yang mudah terbakar. Meski demikian, beberapa pakar menyatakan rokok elektrik masih mengandung nikotin yang sangat adiktif dan menimbulkan risiko kesehatan, termasuk kerusakan sistem kardiovaskular. Belum lagi banyaknya pengguna di bawah umur yang bisa mengakses produk ini.

Hal ini membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (US Food and Drug Administration atau FDA) berniat untuk membatasi peredaran rokok elektrik. Para penulis penelitian dari Duke University percaya bahwa pembatasan rokok elektrik akan bermanfaat secara keseluruhan, tetapi peraturan ini harus diterapkan secara hati-hati dan dibuat dengan pertimbangan cermat.

“FDA sekarang memiliki wewenang pengaturan atas semua produk tembakau, termasuk rokok elektrik dan kami tahu bahwa beberapa komunitas telah mengambil tindakan untuk melarang produk-produk rokok elektrik beraroma. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apa tanggapan yang diantisipasi pengguna terhadap peraturan baru tersebut,” kata Dr Lauren Pacek, penulis utama studi tersebut dan Asisten Profesor Psikiatri dan Ilmu Perilaku di Duke University.

Getty Images via Daily Mail
Sebagian perokok akan kembali merokok seandainya regulasi pembatasan rokok elektrik diperketat.

Sebanyak 240 responden berusia 18-29 tahun ditanya bagaimana tiga perubahan peraturan potensial akan mempengaruhi penggunaan rokok elektrik. Beberapa perubahan peraturan itu antara lain memangkas kadar nikotin dalam rokok elektrik menjadi nol, memberi pengguna lebih sedikit kendali atas kadar nikotin, dan pembatasan produk rasa.

Dalam skenario pertama, rokok elektrik akan tersedia tetapi hanya dalam likuid bebas nikotin (0 nikotin). Sebanyak 47 persen peserta mengatakan bahwa mereka kemungkinan besar akan menggunakan rokok elektrik lebih sedikit, dan akan lebih cenderung untuk kembali merokok.

Regulasi hipotetis kedua adalah membuat rokok elektrik tidak dapat disetel, menjaga pengguna dari mengontrol berapa banyak nikotin yang mereka dapatkan dan pada suhu berapa ia terbakar. Sekitar 22 persen dari orang dewasa muda mengatakan bahwa jika perangkat tidak dapat disesuaikan, mereka akan menggunakan lebih sedikit rokok elektrik dan lebih banyak merokok.

Regulasi hipotetis terakhir akan membatasi produk berasa dan hanya menjadi tembakau atau mentol. Perubahan ini memiliki efek terkecil, dengan hanya 17 persen dari pengguna ganda saat ini mengatakan bahwa mereka akan menjauh dari rokok elektrik dan cenderung merokok lebih banyak.

“Kemungkinan beberapa peraturan baru yang potensial tentang rokok elektrik akan berdampak positif kepada seluruh populasi. Meski demikian, temuan kami menunjukkan bahwa harus juga ada pertimbangan bijaksana untuk konsekuensi potensial yang tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi pengguna rokok elektrik dan produk tembakau lainnya,” ujar Dr Pacek menyimpulkan.

(Via Daily Mail)

Comments

Comments are closed.