Remaja Gunakan Vaping Bukan untuk Berhenti Merokok

By Vapemagz | Lifestyle | Senin, 28 September 2020

Sebagian besar remaja yang menggunakan vaping tidak bertujuan untuk membantu mereka berhenti merokok. Temuan ini memungkiri klaim JUUL bahwa rokok elektriknya diproduksi untuk meningkatkan kehidupan perokok.

Untuk penelitian tersebut, peneliti menganalisis lebih dari 4.000 tweet dan menemukan bahwa hanya 1 persen pengguna Twitter yang menyebut JUUL sebagai alternatif untuk berhenti merokok. Sementara itu, hanya 7 persen yang menyebut tentang manfaat kesehatan dari vaping.

“Beberapa orang mengira bahwa generasi saya akan berhenti merokok. Memang terjadi penurunan besar dalam tingkat merokok di kalangan remaja dan orang dewasa yang lebih muda. Tapi kemudian JUUL dan perangkat pengiriman nikotin elektronik lainnya menjadi populer,” kata peneliti Ryzen Benson, seorang mahasiswa pascasarjana di Departemen Informatika Biomedis, Universitas Utah.

“Kemunculan ini tercermin dalam apa yang kami temukan diposting-an Twitter. Berdasarkan apa yang kami lihat di tweet orang-orang, mereka jelas tidak menggunakan JUUL sebagai alat berhenti merokok atau sebagai alternatif yang lebih sehat untuk rokok konvensional.”

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), jumlah remaja yang menggunakan rokok elektrik telah meroket. Antara 2017 dan 2019, jumlah anak sekolah yang melakukan vaping meningkat hampir 2,5 kali lipat, dari hampir 12 persen menjadi 27,5 persen.

Reuters
JUUL.

Pada tahun 2020, angka itu turun menjadi sekitar 20 persen. Sebagian menganggap penurunan ini karena dikaitkan dengan kasus EVALI yang telah memaksa lebih dari 2.500 orang dirawat inap dan 55 kematian.

Penelitian dari 4.000 tweet juga menemukan bahwa 79 persen menyebutkan produk terkait JUUL. JUUL sendiri saat ini disebut telah menguasai sekitar 76 persen pangsa pasar rokok elektrik di Amerika Serikat.

“Saya mengharapkan bahwa beberapa tweet akan menyebutkan tentang alternatif berhenti merokok. Tetapi angkanya hanya 1 persen,” kata penulis senior, Mike Conway, asisten profesor informatika biomedis di Universitas Utah Health.

“Saya juga berharap akan ada lebih banyak diskusi tentang masalah yang berhubungan dengan kesehatan, yang ternyata sebagian besar tidak disebutkan dalam kumpulan tweet kami.”

Peneliti menemukan di antara tweet, banyak yang berasal dari remaja di bawah umur. Para peneliti berharap data ini dapat membantu mengirimkan pesan kesehatan untuk pengguna JUUL yang menggunakan Twitter.

Laporan ini diterbitkan pada 17 September di Journal of Medical Internet Research – Public Health and Surveillance.

(Via Newsmax)

Comments

Comments are closed.