Profesor Kepala Departemen Kedokteran Komunitas di Bangladesh Tegaskan Vaping Tidak Sama dengan Merokok

By Vapemagz | Lifestyle | Senin, 23 Maret 2020

Meski dianggap sebagai salah satu alat berhenti merokok yang paling efektif, vape atau rokok elektrik sering disalahartikan sebagai bentuk lain dari rokok. Vape sering dipandang hanya sebagai versi elektronik dari rokok tembakau. Faktanya vaping sebenarnya sangat berbeda dengan rokok konvensional.

Dalam hal dampak kesehatan vaping 95 persen lebih aman rokok yang menyebabkan kanker. Dalam mekanisme yang menghasilkan uap vaping sangat berbeda dalam bagaimana asap dibuat dalam rokok. Hal ini ditegaskan oleh Dr Mithun Alamgir, seorang advokat pengurangan dampak buruk (harm reduction) yang juga merupakan seorang profesor dan Kepala Departemen Kedokteran Komunitas di Enam Medical College, Bangladesh.

“Orang-orang seperti saya yang menganjurkan vaping tidak merekomendasikan vaping kepada yang bukan perokok. Ini adalah alat khusus untuk digunakan sebagai bantuan untuk berhenti merokok,” kata Dr Mithun Alamgir.

Vape adalah perangkat elektronik bertenaga baterai yang memanaskan likuid dan menghasilkan uap yang dapat dihirup. Karena tidak adanya asap vape tidak menghasilkan tar atau karbon monoksida seperti rokok konvensional. Namun kesalahpahaman masih ada di kalangan masyarakat umum bahwa vaping sama dengan rokok biasa.

Vape memang mengandung nikotin namun nikotin tidak bertanggung jawab atas bahaya kesehatan utama yang disebabkan oleh merokok. Studi menunjukkan bahwa orang yang beralih sepenuhnya dari tembakau ke vaping telah mengurangi paparan bahan kimia berbahaya yang ditemukan dalam rokok biasa.

AFP
Vaping sebagai solusi pengganti rokok konvensional.

“Vaping tidak sama dengan merokok. Vaping tidak memiliki semua karsinogen yang dimiliki rokok. Ia tidak memiliki ribuan bahan kimia berbeda yang masuk ke tubuh Anda ketika Anda menghirup asap dengan membakar tembakau,” kata Dr Mithun Alamgir.

Terkait kekhawatiran bahwa vape dapat digunakan sebagai pintu gerbang bagi kaum muda untuk merokok, Alamgir mengatakan penelitian yang dilakukan di Inggris menunjukkan bahwa hanya perokok aktif atau mantan perokok yang biasa menggunakan vape. Dr Alamgir mengatakan bahwa tidak masuk akal untuk melarang vape.

“Tentu saja Anda harus memiliki kerangka kerja dan implementasi regulasi yang sangat kuat sehingga anak-anak tidak dapat membeli produk ini. Vape ditujukan untuk perokok yang ingin berhenti dan menggunakan ini sebagai bantuan untuk melakukannya. Tetapi jika Anda mengatakan vape tidak boleh diizinkan karena mereka dapat menyebabkan rokok, lalu mengapa Anda membiarkan rokok itu sejak awal?” katanya.

Sebuah studi oleh Pusat Studi Tembakau dan Alkohol Inggris, PHE, ASH, dan DECIPHer Centre di University of Cardiff menemukan bahwa tingkat vaping reguler pada anak muda yang tidak pernah merokok tetap sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas anak muda yang vaping dengan alasan “coba-coba” tidak terus menggunakannya secara teratur.

Dr Alamgir mengatakan vaping juga berbeda dari merokok dalam hal dampak perokok pasif. Tidak seperti rokok tembakau tidak ada bukti konkrit yang menunjukkan bahwa uap bekas dari pengguna vape berbahaya bagi orang lain. Tanpa pembakaran dan kurangnya asap membuktikan vape sama sekali berbeda dari merokok.

(Via The Independent)

Comments

Comments are closed.