Popularitas Juul Menembus Pasar Negeri Para Dewa

By Vapemagz | Lifestyle | Kamis, 13 September 2018

Juul memang menjadi sensasi seketika di dunia. Setelah menguasai hampir 70 persen pangsa pasar rokok elektrik di Amerika, popularitas Juul juga menjalar ke belahan dunia lainnya. Termasuk diantaranya adalah negeri para dewa, Yunani.

Media setempat, The Post, melakukan liputan khusus mengenai popularitas produk karya perusahan rintisan asal San Fransico itu. Juul yang pertama kali diperkenalkan oleh Pax Labs pada tahun 2015, kini telah bernilai lebih dari $ 15 miliar. Dalam hal popularitas, Juul memang memimpin pasar jauh di depan produk rokok elektrik lainnya.

Jika anda berjalan-jalan di sepanjang Court Street, Athena, aroma buah-buahan dari awan uap yang keluar dari pod elektrik Juul bisa tercium dimana-mana. Sebuah toko vape bernama Silver Serpent Exotic Gifts yang beralamat di 55 N. Court St., menjual perangkat lengkap Juul seharga USD 35. Untuk pod dijual seharga USD 17,65 ketika membayar dengan uang tunai dan $ 18,25 ketika membayar dengan kartu kredit.

Kebanyakan pompa bensin dan toko rokok lainnya di Athena kini menyadiakan produk populer tersebut di stok mereka. “Kami memasok Juul sekitar setahun yang lalu. Dalam seketika produk ini menjadi salah satu yang paling cepat terjual. Produk ini jelas menjadi bagian besar dari margin keuntungan harian kami,” kata Cory Boggs, manajer operasi Silver Serpent.

Toko tersebut membuat strategi khusus untuk produk Juul. Mereka memesan dengan jumlah tertentu, dan jika mereka habis terjual, maka mereka akan menggandakan jumlah pesanan di pesanan berikutnya. “Juul adalah salah satu dari produk yang harus kita gandakan berkali-kali. Kami punya persediaan gudang sendiri di belakang untuk Juul,” kata Boggs.

Juul
JUUL Silver Device

Terlepas dari sisi estetika dan tren, sebagian orang tidak melihat alasan spesifik di balik popularitas Juul. Chloe Meston, seorang peneliti senior bidang komunikasi, menyatakan Juul adalah bagian dari meningkatkan status sosial. “Saya pikir banyak orang yang menggunakannya untuk menjadi keren. Banyak orang yang bahkan tidak kecanduan nikotin akan mulai Juuling untuk menyesuaikan diri,” ujarnya.

Kredit khusus diberikan kepada kecerdasan perusahaan menggunakan media sosial dalam memasarkan produk. Perusahaan memasarkan diri di situs webnya dengan membuat produk agar terlihat trendi, dan situs webnya menggambarkan orang-orang yang keren menggunakan produk tersebut. Juul Labs melaporkan telah membuat 20 juta produk per bulan pada tahun 2017, termasuk vaporizer dan pod.

Bagi beberapa mahasiswa, harga Juul memang tidak terlalu ramah di kantong. Hal tersebut diakui Sydney Bruckner, mahasiswi administrasi layanan kesehatan tingkat junior. Dia beralih ke produk vapor lainnya, Suorin karena dia pikir Juul terlalu mahal.

“Saya pikir maraknya penggunaan Juul karena masalah sosial. Saya menggunakan Suorin karena produk ini menawarkan lebih banyak jus dan konsentrat nikotin yang lebih sedikit, serta lebih murah daripada Juul,” ujarnya.

Justin Markarian, seorang mahasiswa baru jurusan seni studio, aktif menggunakan Juul sejak 2015. Menurutnya, Juul adalah alternatif yang baik untuk berhenti merokok. Dia menggunakan sekitar satu atau dua pod Juul dalam seminggu.

“Rasa favorit saya adalah tembakau Virginia. Saya tahu ini bukan rasa yang populer, tapi saya menyukainya,” ujarnya. Markarian menghimbau sebaiknya orang hanya menggunakan Juul jika mereka kecanduan nikotin. Dia tak menampik Juul akan membuat ketagihan.

Sekadar informasi, peredaran vape di negeri para dewa itu memang sudah dinyatakan legal. Meski demikian, masih ada batasan dalam pemasaran dan penggunaan, seperti halnya yang ditetapkan pada produk rokok konvesional.

(Via The Post)

Comments

Comments are closed.