Robert Arnold telah menghabiskan bertahun-tahun membangun toko vapenya, Saffire Vapor. Dalam seminggu Salfire bisa memproduksi 5.000 botol likuid nikotin seperti Red October (roti kacang dan stroberi), Naughty or Nice (kue gula) dan Engineer (roti bakar kayu manis). Saat ini Arnold telah menjual “jus vape” dengan omset sekitar USD65.000 di 24 toko vape di Tennessee dan Kentucky serta online.
Tapi sekarang Arnold khawatir dia akan kehilangan segalanya. Pasalnya pada 12 Mei mendatang untuk pertama kalinya produsen vaping harus mengajukan aplikasi ke Food and Drug Administration (FDA) untuk membuktikan bahwa produk mereka bermanfaat bagi kesehatan masyarakat (atau dianggap berisiko dan ditarik dari pasar).
Arnold mengatakan proses pengajuan aplikasi ini diperkirakan akan menelan biaya hingga ratusan ribu atau bahkan jutaan dolar. Tapi dia juga tidak mau terlibat masalah dengan FDA dan mematuhi aturan tersebut.
Apa yang dialami Arnold ini sekaligus menandai Putaran Kedua dari “Perang Vape” di Amerika Serikat. Para pelaku bisnis kecil dari industri seperti Arnold merasakan tenggat waktu FDA sebagai ancaman eksistensial. “Apakah ini akan menghancurkan bisnis saya? Saya sampai kurang tidur karenanya,” kata Arnold.
Pabrikan kecil seperti Arnold ingin agar tenggat waktu Mei ditunda. Mereka menyatakan selama ini hanya melayani orang dewasa yang mencoba berhenti merokok sebagai konsumen atau target pasar.
“Tanpa pengunduran tenggat waktu, kemungkinan akan ada 13.000 usaha kecil yang akan gulung tikar pada pertengahan 2020. Terutama pembuat likuid elektrik berukuran kecil hingga menengah,” kata Tony Abboud, Direktur Eksekutif Vapor Technology Association.
(Via Washington Post)
Comments