Penelitian Menunjukkan Dibandingkan Merokok, Vaping Adalah Udara Segar

By Bayu Nugroho | Lifestyle | Jumat, 30 November 2018

Surfaktan pulmonal adalah lapisan pelindung yang sangat tipis pada bagian dalam paru-paru. Surfaktan ini membantu mendistribusikan udara secara merata ke paru-paru yang disebabkan oleh cairan alveolar. Ketika lapisan tipis atau surfaktan ini menjadi rusak atau teroksidasi seperti melalui merokok, membuat seseorang menjadi cepat lelah ketika melakukan pernafasan.

Dr. Farnoud dan tim risetnya ingin melihat apakah vaping menghasilkan toksisitas pernafasan terhadap surfaktan ini. Karena pengujian pada subyek manusia tidak mungkin dilakukan, mereka memilih untuk menggunakan surfaktan paru-paru anak lembu sebagai gantinya.

Para ilmuwan mulai dengan menguji dan mengevaluasi efek vaping pada surfaktan berdasarkan faktor yang sangat spesifik. Mereka mengukur ukuran partikel dan tingkat konsentrasi uap rokok elektrik yang dihasilkan dari berbagai e-liquid begitu juga eksperimen dengan mengukur tingkat paparan yang dihasilkan ketika uap tersebut berinteraksi dengan jaringan paru-paru.

Para peneliti ingin mengevaluasi perubahan efek jika uap tersebut masuk ke paru-paru. Mereka menggunakan beberapa rasa e-liquid berbeda untuk diuji. Peneliti menemukan bahwa aktivitas vaping tidak berpengaruh terhadap toksisitas pernafasan.

Ohio Today
Tim Farnoud menemukan bahwa vaping tidak menghasilkan efek kesehatan negatif yang mengkhawatirkan pada sistem pernapasan dibandingkan dengan merokok. Dibandingkan dengan merokok, vaping adalah udara segar.

Sementara uap rokok elektrik dan asap rokok konvensional mempengaruhi struktur lateral surfaktan, hanya asap rokok yang mengganggu lapisan luar surfaktan. Senyawa penghambat surfaktan dalam rokok konvensional adalah tar, beruntungnya rokok elektrik tidak mempunyai kandungan zat tersebut karena hanya muncul pada rokok tembakau yang melalui proses pembakaran.

Kesimpulan ilmiah dalam penelitian ini adalah semua taktik yang dilakukan FDA selama ini hanyalah bualan yang menyatakan bahwa kecanduan nikotin pada remaja justru dipicu oleh pelarangan vaping. Nikotin memang ditemukan dalam e-liquid maupun rokok konvensional, namun sayangnya e-liquid tidak mengandung zat berbahaya lainnya seperti tar, karsinogenik dan bahan kimia lainnya yang membuat perokok tetap ketagihan.

(Via Respiratory Research)

Comments

Comments are closed.