Satu lagi penelitain membuktikan, perokok yang beralih ke rokok elektrik untuk berhenti merokok memiliki 95 persen peluang untuk berhenti merokok dibandingkan mereka yang berupaya untuk berhenti merokok tanpa bantuan alat apapun untuk berhenti. Penelitian yang didanai oleh lembaga amal Cancer Research UK dipublikasikan dalam jurnal Addiction Inggris, Kamis (23/5/2019), menganalisa angka keberhasilan dari beberapa metode untuk berhenti merokok yang biasa kita ketahui.
Beberapa metode itu ialah rokok elektrik, plester dan permen karet terapi pengganti nikotin (nicotine replacement therapy atau NRT), serta vernicline buatan Pfizer, yang di Inggris dijual dengan merk Champix. Penelitian tersebut juga mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi angka keberhasilan untuk berhenti merokok, seperti usia, tingkat sosial, derajat kecanduan rokok, upaya sebelumnya untuk berhenti, dan apakah upaya untuk berhenti itu dilakukan secara berangsur-angsur atau mendadak.
Studi ini melibatkan hampir 19.000 orang di Inggris yang telah mencoba untuk berhenti merokok dalam kurun waktu 12 sebelumnya, mengumpulkan lebih dari periode selama 12 tahun dari tahun 2006 hingga tahun 2018. Mereka yang berhasil berhenti didefinisikan sebagai mereka yang masih tetap tidak merokok.
Hasilnya, peluang keberhasilan dengan bantuan rokok elektrik meningkat menjadi 95 persen ketimbang tidak menggunakan bantuan apapun seperti cold turkey. Angka ini lebih tinggi dengan keberhasilan dengan metode Champix sebesar 82 persen.% untuk berhenti merokok dibandingkan mereka yang berupaya untuk berhenti merokok tanpa bantuan apapun.
“Studi kami juga menambahkan bukti yang semakin nyata bahwa pengguna rokok elektrik dapat membantu perokok untuk menghentikan kecanduannya,” kata Sarah Jackson, profesor dari University College London yang merupakan salah satu penyusun utama studi ini.
Penggunaan rokok elektrik, atau dikenal dengan istilah vaping dianggap oleh banyak pakar sebagai cara efektif bagi para perokok untuk berhenti mengkonsumi tembakau. Namun beberapa orang dalam lingkungan ilmiah merasa skeptis tentang manfaat kesehatannya untuk publik, dan khawatir kebiasaan ini membuat gagasan untuk merokok menjadi normal dan menarik kaum muda pada kebiasaan buruk ini.
Para perokok yang diberikan pengobatan dengan metode NRT oleh para profesional di bidang kedokteran memiliki angka peluang 34 persen keberhasilan untuk berhenti merokok, demikian temuan hasil studi tersebut. Para pakar menyatakan hasil ini menunjukan bukti yang meyakinkan dan penting.
“Rokok elektrik membantu para perokok berhenti merokok setidaknya sama dengan pengobatan untuk berhenti merokok, dan mereka digunakan oleh lebih banyak lagi perokok. Artinya lebih banyak orang yang akan berhenti merokok dan inisiatif ini tidak menimbulkan beban biaya pada NHS (National Health Service),” kata Peter Hajek, direktur penelitian unit ketergantungan pada tembakau di Queen Mary University of London.
Data terakhir Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan merokok dan penggunaan tembakau lainnya telah merenggut nyawa lebih dari 7 juta orang setahunnya di tingkat global. Dari 1,1 miliar perokok di seluruh dunia, sekitar 80 persennya tinggal di negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah.
Tak seperti rokok konvensional, rokok elektrik tidak menghasilkan tar yang dianggap sebagai zat paling berbahaya dari sisa pembakaran rokok. Rokok elektrik mengandung cairan nikotin yang dihirup pengguna dalam bentuk uap. Banyak perusahaan rokok terkemuka seperti Philip Morris International, British American Tobacco, Imperial Brands, dan Japan Tobacco sudah memiliki produk rokok elektrik.
(Via VOA)
Comments