Penelitian Buktikan Vape Efektif Atasi Kecanduan Rokok

By Vapemagz | Lifestyle | Kamis, 28 Maret 2019

Merokok dianggap sebagai kebiasaan buruk yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Para ahli sepakat bahwa produk tembakau sangat berbahaya bagi kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, penggunaan tembakau berpotensi membunuh satu orang setiap enam detik. Artinya, setiap tahunnya ada sekitar enam juta kematian akibat rokok.

Mau tidak mau, kebiasaan buruk merokok memang perlu untuk dihentikan. Masalahnya, menghentikan kebiasaan ini bukan perkara yang mudah. WHO pada 2018 menunjukkan bahwa 30,4 persen perokok di Indonesia pernah mencoba berhenti, namun hanya 9,5 persen di antaranya yang berhasil.

Pembina Asosiasi Vaper Indonesia (AVI), Dimasz Jeremia menceritakan bagaimana sulitnya berhenti merokok. “Banyak orang yang tidak menyadari bahwa berhenti merokok bukan hanyalah soal tantangan psikologis, namun juga fisik,” ujar Dimasz. Untuk itu, diperlukan alternatif pengganti produk konvensional dengan rokok elektrik yang secara penelitian terbukti efektif dan relatif lebih aman.

Berdasarkan penelitian dari New England Journal of Medicine, rokok elektrik hampir dua kali lebih efektif dalam membantu perokok berhenti dibandingkan yang lainnya. Adapun menurut penelitian Public Health England (PHE) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik 95 persen lebih rendah risiko dibandingkan rokok tembakau.

American Cancer Society (ACS) juga menilai rokok elektrik seharusnya dipertimbangkan sebagai sebuah solusi untuk mengurangi risiko kanker yang disebabkan oleh rokok konvensional. Hal serupa ditemui oleh survei internal AVI kepada para vapers, yang menemukan bahwa rokok elektrik menjadi alternatif yang mampu menyerupai pengalaman mengonsumsi rokok konvensional dan secara efektif bisa menggantikan posisi rokok tembakau dengan produk alternatif yang lebih tidak berbahaya.

Istock
Rokok elektrik atau Electronic Nicotine-Delivery System (ENDS) tidak menghasilkan tar lantaran produk tersebut tidak melalui proses pembakaran.

“Sayangnya masih ada stigma dan pemahaman yang kurang tepat di masyarakat mengenai rokok elektrik. Padahal di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris telah mengeluarkan izin untuk pemanfaatan rokok elektrik sebagai alat mengurangi konsumsi tembakau dan terbukti di ketiga negara tersebut telah mengalami penurunan angka prevalensi merokok,” kata Dimasz menambahkan.

Salah satu zat berbahaya yang dihasilkan oleh produk tembakau konvensional seperti rokok dan cerutu adalah tar, yang merupakan zat sisa hasil pembakaran. Zat ini mengandung karsinogen, yang bisa menyebabkan kanker. Adapun nikotin yang selama ini dianggap berbahaya, sebenarnya adalah zat adiktif yang bisa membuat kecanduan.

Sementara itu, rokok elektrik atau Electronic Nicotine-Delivery System (ENDS) tidak menghasilkan tar lantaran produk tersebut tidak melalui proses pembakaran, melainkan menggunakan likuid yang dipanaskan. ENDS sendiri masuk ke Indonesia pada 2010, dan mulai populer serta dikenal masyarakat di tahun 2013-2014 hingga saat ini.

“Atas dasar itulah, perokok di Indonesia sudah saatnya tahu bahwa kini berhenti merokok lebih mudah dan sudah ada pilihan yang lebih baik buat mereka untuk beralih ke rokok elektrik yang bebas TAR dan kemudian bisa menjadi terapi untuk mengurangi ketergantungan terhadap nikotin,” ujar Roy Lefrans, CEO NCIG Indonesia, produsen dari perangkat dan likuid vape NCIG.

(Via Inilah)

Comments

Comments are closed.