Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa vape sama berbahayanya dengan rokok tembakau tradisional. Padahal, beberapa penelitan menunjukkan vape atau rokok elektrik bisa menjadi alternatif untuk mengurangi efek adiktif bagi perokok tembakau. Di Indonesia, beberapa masyarakat menggunakan vape untuk alternatif berhenti merokok.
“Sejak dua tahun lalu ketika vape mulai menjadi suatu fenomena sosial di banyak daerah, terutama di Bandung, saya mulai aktif melakukan observasi lebih jauh. Ternyata, vape ini pertumbuhannya masih terus progresif bahkan banyak digunakan sebagai peralihan untuk mengurangi jumlah perokok. Saat ini, saya bersama dengan tim sedang melakukan riset mendalam untuk mengetahui bagaimana dampak sosial masyarakat dari kemunculan vape,” kata peneliti dari Universitas Padjajaran Satriya Wibawa Suhardjo.
Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unpad itu menilai anggapan negatif masyarakat terhadap vape tidak berdasar, dan sebagian hanya timbul dari persepsi tanpa penelitian yang teruji. Sebelumnya, penelitian Satriya tentang vape dipresentasikan pada Global Forum on Nicotinedi Warsawa Polandia, 14-16 Juni 2018 lalu.
“Anggapan negatif di masyarakat yang menyatakan bahwa vape sama berbahayanya dengan rokok ini jadi masalah karena tidak berdasarkan pada data dan fakta. Sewaktu menghadiri forum global nikotin bulan lalu itu saya banyak mendapatkan informasi terkait dengan produk tembakau alternatif, salah satunya vape,” ucap Satriya.
Menurutnya, pada forum yang diikuti para peneliti dari 50 negara yang hadir dalam acara tersebut, diketahui sebenarnya konsep harm reduction atau pengurangan bahaya yang terdapat dalam produk tembakau alternatif seperti vape dapat dijadikan solusi untuk mengatasi permasalahan rokok.
Dari riset yang dijalani Satriya bersama timnya selama dua tahun, Satriya menemukan mispersepsi atas vape semakin luas digeneralisir sehingga menjadi semakin negatif. Padahal, hasil penelitian internasional seperti dari Public Health of England (PHE) menunjukkan vape sebagai produk yang relatif lebih aman hingga 95 persen ketimbang rokok konvensional.
Di Indonesia sendiri, vape bisa berkembang dengan cepat lantaran banyak perokok yang berhasil berhenti dengan beralih menggunakan vape. Produk ini bisa lebih mudah diadopsi pengunaannya oleh perokok.
“Meskipun sampai saat ini harganya masih mahal, tetapi apabila vape bisa membantu perokok untuk berpindah, maka akhirnya vape ini yang dipilih. Sejalan dengan berkembangnya industri ini ke depannya akan semakin banyak lagi yang terbantu untuk berpindah dari rokok,” ucap Satriya.
Untuk itu, Satriya berpesan jika Pemerintah Indonesia bersedia melakukan riset lebih jauh soal potensi vape, maka publik dapat mengetahui dengan jelas fakta-fakta ilmiah produk tersebut. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi terbelenggu pada pemahaman yang keliru dan bisa beralih ke alternatif yang lebih aman.
(Via Tempo)
Comments