Sejalan dengan “Gateway Theory” yang terkenal, sebuah studi baru-baru ini, yang diterbitkan bulan lalu di Jurnal National Cancer Institute. Berdasarkan Population Assessment of Tobacco and Health, mengklaim bahwa remaja yang telah bereksperimen dengan electronic nicotine delivery system (ENDS) tiga kali lebih mungkin daripada mereka yang tidak merokok sebelum survei berikutnya pada tahun 2014-15.

Para peneliti menganalisis sampel sekitar 12.000 anak berusia 12 hingga 17 tahun dan sampai pada kesimpulan bahwa “pernahkah menggunakan ENDS memprediksi masa depan merokok.” Namun, apakah klaim ini akurat? Ilmuwan mana pun akan memberi tahu kamu bahwa korelasi tidak berarti sebab-akibat.

Membahas penelitian di blognya, profesor kesehatan masyarakat terkenal Michael Siegel mencatat, “Temuan ini konsisten dengan hipotesis bahwa kaum muda yang mencoba vape dan tidak terlalu menikmatinya sehingga mereka menjadi pengguna reguler adalah mereka yang lebih cenderung mencoba merokok, tetapi remaja yang benar-benar menjadi vapers cenderung tidak mencoba rokok yang sebenarnya.”

Siegel menghitung bahwa dari para partisipan, hanya 21 remaja yang tidak pernah merokok yang melaporkan vaping bulan lalu dalam survei pertama telah mencoba rokok pada survei kedua, dan penelitian itu bahkan tidak mengklarifikasi apakah ini vapers biasa atau apakah ada di antara mereka menjadi perokok biasa. “Ada kemungkinan bahwa vaping bukanlah pintu gerbang untuk merokok bagi salah satu dari 21 pemuda ini,” katanya.

Youtube / E-Cig Advanced
Michael Siegel: “Terlepas dari klaim yang meluas bahwa vaping adalah pintu gerbang untuk inisiasi merokok di kalangan remaja, penelitian paling definitif hingga saat ini gagal untuk memberikan bukti apa pun untuk mendukung pertengkaran itu.”

Ahli kesehatan masyarakat menyimpulkan bahwa satu-satunya hal yang benar-benar dibuktikan oleh penelitian ini, adalah bahwa vaping dapat bertindak sebagai pengalih perhatian dari rokok, bagi kaum muda yang cenderung bereksperimen dan mencoba merokok.

(Via Reason)