Pakar Asal Universitas Rochester Kaitkan Rokok Elektrik dengan Wheezing

By Vapemagz | Lifestyle | Rabu, 6 Maret 2019

Peneliti asal University of Rochester Medical Center (URMC), Deborah J. Ossip membantah anggapan bahwa vaping tak memiliki risiko. Menurut Ossip, vaping sama berbahayanya dengan rokok konvensional. Sebuah studi yang dilakukan Ossip bersama koleganya menemukan bahwa vaping bisa menyebabkan wheezing pada orang dewasa.

Wheezing atau yang biasa diistilahkan dengan mengi merupakan suara pernapasan berfrekuensi tinggi yang nyaring, dimana terdengar di akhir ekspirasi saat menghembuskan napas. Wheezing terjadi oleh karena adanya penyempitan saluran pernapasan bagian ujung atau dalam. Wheezing biasanya merupakan pendahulu gejala kesehatan serius termasuk gagal jantung, kanker paru-paru dan gangguan tidur.

“Perubahan yang kami temukan dengan vaping, baik dalam percobaan laboratorium dan studi orang yang melakukan vape menemukan bahwa vaping konsisten dengan tanda-tanda awal kerusakan paru-paru yang sangat mengkhawatirkan,” kata Ossip dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Tobacco Control itu.

Penelitian yang melibatkan lebih dari 28.000 orang dewasa ini menemukan bahwa vapers dewasa 1,7 kali lebih mungkin mengalami wheezing dan gejala pernapasan terkait seperti kesulitan bernafas dibandingkan dengan yang tidak menggunakan produk tembakau. Hal ini sekaligus menjawab kekhawatiran terkait dengan konsekuensi kesehatan jangka panjang dari vaping.

medicalnewstoday
Wheezing terjadi oleh karena adanya penyempitan saluran pernapasan bagian ujung atau dalam.

“Pesan yang dapat diambil adalah bahwa rokok elektronik tidak sepenuhnya aman jika menyangkut kesehatan paru-paru,” kata Ossip. Selain itu, para peneliti khawatir dengan meningkatnya jumlah vapers usia muda akan menghasilkan konsekuensi kesehatan yang serius. Kondisi ini termasuk alergi, kehilangan kekebalan dan infeksi lanjutan.

Penulis utama studi, Dongmei Li, Ph.D., associate professor Departemen Clinical and Translational Research dari URMC, mengakui bahwa ada keterbatasan dalam penelitian ini. Analisis tidak dapat membuktikan bahwa vape menyebabkan wheezing, hanya mengidentifikasi hubungan antara keduanya.

Terlepas dari keterbatasan ini, penulis studi senior Irfan Rahman, Ph.D., profesor Kedokteran Lingkungan di URMC mengatakan penelitian ini dengan jelas mengidentifikasi dampak kesehatan lain dari vaping. Hal ini menjadi peringatan untuk vapers, khususnya vapers usia dibawah umur.

Menurut data baru yang dirilis dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention) ada peningkatan dramatis dalam penggunaan vape di kalangan anak muda di Amerika Serikat. Menurut laporan itu, pada tahun 2018 tingkat vaping di kalangan pelajar meningkat sebesar 78 persen di antara siswa kelas sembilan sampai 12 dan 48 persen di siswa kelas enam hingga delapan.

(Via Science Daily)

Comments

Comments are closed.