RELX Technology mulai mengoperasikan laboratorium biosains rokok elektrik yang baru didirikan untuk melakukan penelitian sistematis tentang efek rokok elektrik melalui uji in vivo dan in vitro, ditambah serta melakukan penilaian keamanan pra-klinis.
Laboratorium biosains yang terletak di International Bioindustry Valley, Shenzhen saat ini sedang melakukan penelitian tentang dampak produk RELX pada sistem kardiovaskular, pernapasan, dan saraf pada hewan, untuk lebih mendalami evaluasi dampak produk uap secara komprehensif.
“Sains adalah fondasi kepercayaan. Sebagai pemimpin industri, kami memiliki tanggung jawab untuk memperluas batas-batas ilmu rokok elektrik dan menjelajahi hal-hal yang tidak diketahui,” ucap Pendiri dan CEO RELX, Kate Wang dalam pernyataan tertulisnya.
Pada RELX Lab Open Day, RELX juga mengumumkan rencananya untuk menetapkan pendekatan penelitian ilmiah “1 + 4” —yang berlabuh pada Pengembangan Platform, diikuti oleh Penilaian Toksikologi, Penilaian Klinis, Studi Perilaku Persepsi dan Penilaian Jangka Panjang.
Sebelumnya dilansir dari Public Health England (PHE), rokok elektrik dipercaya 95 persen lebih tidak berbahaya bagi kesehatan daripada rokok konvensional. Penggunaan rokok elektronik atu vape juga berpotensi membantu perokok berhenti merokok. Banyak konsumen telah mengenali rokok elektrik sebagai alternatif yang lebih baik dari rokok konvensional yang dibakar.
Masih banyak area yang membutuhkan penelitian jangka panjang lebih lanjut, seperti elemen pengurangan dampak buruk rokok elektrik yang sebenarnya, maksimalisasi pengurangan dampak buruknya, dan potensi efek rokok elektrik lainnya.
“Rokok elektrik terkadang dipandang mencurigakan karena kurangnya pengetahuan pada produk tersebut,” kata Yilong Wen, Co-founder RELX dan Kepala Sains, Penelitian dan Pengembangan, dan Rantai Pasokan.
Misi lab biosains RELX adalah menjelajahi hal-hal yang tidak diketahui. RELX ingin mengumpulkan bukti melalui pendekatan ilmiah dan berusaha untuk membuktikan potensi rokok elektrik untuk mengurangi bahayanya. Dengan melakukan itu, RELX bisa memberi pengguna opsi untuk beralih ke produk alternatif.
Untuk memastikan keandalan dan kualitas produk, RELX mendirikan laboratorium kimia dan fisik pada tahun 2018. Laboratorium tersebut disertifikasi oleh Layanan Akreditasi Nasional China untuk Penilaian Kesesuaian yang diakui secara internasional.
RELX memulai penelitian terobosannya pada studi toksikologi dan farmakologis pada produknya pada tahun 2019, dimana lab biosains baru ini akan berfokus pada uji vivo dan in vitro. RELX juga melakukan penilaian keamanan praklinis pada tahun 2020.
“Studi toksikologi dan farmakologi berfokus pada efek produk RELX. Misalnya, apakah produk ini mempengaruhi DNA atau kromosom? Apa dampak jangka panjang bahan tersebut pada organ dan jaringan tubuh? Masih banyak penelitian yang harus dilakukan,” kata Kepala Lab RELX, Xingtao Jiang.
Dirinya juga mengumumkan lima temuan awal dari penelitian RELX sejauh ini. Di antaranya adalah bahwa menurut data, kadar zat berbahaya seperti benzena dan empat TSNA (N-nitrosoamines spesifik tembakau) yang dipaparkan oleh produk RELX masing-masing lebih rendah 99,1 persen dan 99,8 persen daripada yang ditemukan pada asap rokok konvensional.
RELX saat ini sedang melakukan proyek penelitian tentang topik yang berbeda dengan enam universitas, termasuk Universitas Sun Yat-sen dan Shenzhen Institutes of Advanced Technology, Akademi Ilmu Pengetahuan China, dua rumah sakit dan sembilan lembaga penelitian ilmiah.
Teks: RELX Editor: Thomas Rizal
Comments