Nikotin selama ini “hanya” dianggap sebagai zat adiktif dalam kandungan produk tembakau seperti rokok atau vape. Adapun zat yang dianggap berbahaya adalah Tar, yang merupakan hasil pembakaran rokok yang disebut-sebut mengandung ratusan zat kimia dan beberapa diantaranya bersifat karsinogen atau menyebabkan kanker. Hal ini yang membuat vape dianggap lebih aman, lantaran tidak menghasilkan tar.
Meski demikian, penelitian teranyar dari University of Kansas Medical Center justru menemukan efek negatif lain dari nikotin, yakni membuat penggunanya rentan terhadap penyakit paru-paru. Hal ini disebabkan nikotin mengurangi kemampuan paru-paru membersihkan lendir.
Masalahnya, rokok elektrik pada umumnya mengandung lebih banyak nikotin ketimbang rokok konvensional (meski ada produk yang mengandung 0 persen nikotin). Seperti dilansir dari vaping360, satu pod JUUL mengandung 41 mg nikotin, dibanding sebatang rokok yang berkisar 10 mg nikotin. Sementara rokok konvensional membuat nikotin terbawa dalam aliran darah, vape justru menyisakan lebih banyak nikotin di paru-paru.
Akibatnya, pengguna rokok elektrik secara bertahap mengalami penumpukan dahak, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit, meningkatkan risiko batuk, dan membuka jalan menuju asma atau bronkitis kronis. Peneliti juga menemukan dampak negatif ini lebih dirasakan pada pengguna rokok elektrik belia.
“Studi ini tumbuh dari penelitian tim kami tentang pengaruh asap tembakau pada pembersihan lendir dari saluran udara,” kata penulis senior Matthias Salathe, MD, profesor kedokteran paru dan perawatan kritis di University of Kansas Medical Center.
“Vaping meningkatkan risiko bronkitis kronis. Studi kami, bersama dengan yang lain, mempertanyakan rokok elektrik sebagai pendekatan pengurangan bahaya bagi perokok, khususnya terkait bronkitis kronis atau COPD,” ujarnya.
Dengan demikian, batuk-batuk yang biasanya ditemukan pada perokok berat juga bisa ditemukan pada pengguna vape. Pasalnya, nikotin memiliki efek negatif pada kemampuan untuk membersihkan sekresi dari saluran udara yang mirip dengan asap rokok.
Disfungsi mukosiliar atau, penumpukan lendir yang membandel adalah ciri khas sebagian besar penyakit paru-paru. Ini adalah salah satu aspek asma yang paling tidak nyaman, penyakit paru obstruktif kronik (chronic obstructive pulmonary disease atau COPD), dan fibrosis kistik yang menyebabkan sesak napas, batuk, dan sesak.
“Nikotin memperlambat laju di mana saluran udara dapat membersihkan lendir, mendehidrasi cairan saluran napas, dan membuat lendir lebih lengket. Akibatnya, bronkus, yang mengarah ke paru-paru, lebih lemah dan kurang siap untuk menangkis infeksi atau serangga,” tambah Salathe.
(Via Daily Mail)
Comments