Meski Berbeda dengan Asap Rokok, Orang Tua Sebaiknya Tidak Isap Vape di Sekitar Anak

By Vapemagz | Lifestyle | Rabu, 3 Juli 2019

Rokok elektrik atau vape berbeda dengan rokok. Jika rokok dinikmati dengan menghirup asapnya, menikmati vape adalah dengan menghirup aerosol atau uap dengan ribuan pilihan rasa dan aroma. Hal ini membuat vape dianggap lebih aman daripada rokok.

Meski demikian, para ahli menganjurkan bagi para orang tua supaya tidak mengisap vape di dekat buah hati. Pasalnya, vape masih mengandung nikotin dan bahan-bahan lainnya yang sebaiknya dijauhkan dari anak-anak. Vaping di dekat bayi dan anak-anak dapat menyebabkan anak terpapar nikotin dan kandungan logam berat lainnya. Seperti timah, nikel, dan arsenik, formaldehida, dan produk sampingan kimiawi dari proses pemanasan.

“Seperti halnya rokok, bayi, balita dan anak yang terpapar uap dapat menghirup atau menelan uap beracun dan karsinogen dari tangan kedua dan ketiga. Termasuk hidrokarbon aromatik poliklik, nikotin, senyawa organik yang mudah menguap, dan partikel halus,” kata Ellen Rome, MD, Dokter anak di Cleveland Clinic Children’s.

Rome menambahkan, partikel logam dan silikat seringkali memiliki konsentrasi lebih tinggi dalam produk vapor dibandingkan dengan asap rokok. Walau anak-anak tidak batuk atau mengi, umumnya akan akan mengalami penyakit pernapasan yang lebih sering, atau menunjukkan tanda-tanda keracunan nikotin.

Selain pada bayi, balita dan anak, vaping di dekat wanita hamil juga berisiko pada janin. Dalam sebuah studi di laboratorium, tikus neonatal yang terpapar aerosol dari larutan nikotin dalam rokok elektrik mengalami penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan paru-paru dibandingkan dengan tikus yang hanya terpapar udara kamar.

808novape.org
4,9 persen orang Amerika yang hidup dengan anak-anak yang berusia di bawah 18 tahun menggunakan vape.

“Anak-anak sering bersentuhan dengan lingkungan yang lebih besar daripada orang dewasa seperti lantai. Bayi selalu memasukkan dan menjilat benda-benda yang bisa terpapar bahan kimia pada permukaannya. Kami khawatir bahan kimia dari residu vape menyebabkan masalah pada paru-paru dan sistem saraf yang berkembang.” kata J. Taylor Hays, MD, internis dari Nicotene Dependence Center, Mayo Clinic.

Selain menghirup residu, anak juga rentan mengalami risiko kecelakaan tidak disengaja akibat rokok elektrik. Contohnya, balita dan anak dapat menelan isi ulang e-liquid atau menelan mod dan pod yang terlihat seperti lego.

Rokok elektrik juga bisa menyebabkan luka bakar, cedera akibat ledakan baterai ion-lithium dalam elemen pemanas. Jumlah kecelakaan ini meningkat secara eksponensial di Amerika sejak 2011, bahkan hingga menyebabkan beberapa kematian.

Lantaran kehadiran rokok elektrik yang relatif baru, penelitian untuk melihat efek jangka panjang vaping pada anak-anak masih perlu dilakukan. Hal paling baik untuk melindungi anak adalah tidak merokok atau menghirup vape di dekat anak-anak atau lingkungan dimana anak menghabiskan banyak waktu, seperti ruang keluarga, mobil, atau tempat-tempat anak sering bermain.

“Bukti ilmiah tidak jelas mengenai paparan kronis uap rokok elektronik terhadap anak-anak. Kekhawatiran kami bahan kimia dalam vape dapat berdampak pada perkembangan sistem saraf, terutama otak, serta paru-paru,” kata Dr. Hays.

Selain itu, pastikan kebersihan menyeluruh untuk melindungi anak-anak dari residu uap. Caranya adalah dengan mandi, cuci tangan, ganti baju dan singkirkan semua partikel bau sebelum menggendong atau bermain dengan anak Anda.

(Via Parents)

Comments

Comments are closed.