Liquid 15 Mililiter, Dimensi Ekonomis yang Berbeda

By Vapemagz | Lifestyle | Rabu, 14 Oktober 2020

Pandemi COVID-19 memaksa para pelaku bisnis untuk terus berinovasi. Tak terkecuali di industri vape. Pola model bisnis yang mempelajari perilaku konsumen harus terus dikembangkan. Salah satunya adalah dengan mengeluarkan liquid yang sesuai dengan kondisi permintaan para vapers.

Sebelumnya Vapemagz Indonesia pernah melakukan survei di Instagram @vapemagzindonesia mengenai liquid 60 ml vs 100 ml. Kebanyakan vapers menggunakan liquid dengan volume 100 ml dengan alasan ekonomis, yang juga disebabkan karena keterbatasan pergerakan ke vape store akibat pembatasan sosial berskala besar atau PSBB.

Walau begitu, liquid 100 ml juga bukan tanpa kekurangan. Banyak vapers yang cepat bosan dan ingin menggunakan liquid lebih bervariatif memilih volume liquid yang lebih kecil. Belum lagi harga liquid 100 ml juga relatif lebih mahal, yang membuat vapers perlu merogoh uang lebih banyak apabila belanja ke vape store.

Ketua Penasihat Asosiasi Vapers Indonesia (AVI), Dimasz Jeremiah menyebut penggunaan liquid 100 ml memang ekonomis jika diukur berdasarkan harga per mililiternya. Namun, vapers juga merasa perlu mengontrol pengeluarannya di luar kebutuhan liquid.

“Problemnya itu bukan harga per mili, melainkan bagaimana vapers memenuhi kebutuhannya. Dimensi ekonomis bagi konsumen sudah bukan per mili lagi, tapi berapa uang yang bisa dibelanjakan,” kata Dimasz kepada Vapemagz Indonesia, Selasa (13/10/2020).

“Apakah dengan hanya punya Rp50 ribu sudah bisa belanja ke vape store? Berapa banyak orang yang batal ke vape store lantaran di dompet tidak punya uang lebih dari Rp100 ribu?” tambahnya.

lifestyleOne
Ketua Penasihat Asosiasi Vapers Indonesia (AVI), Dimasz Jeremia.

Pendiri Ministry of Vape Indonesia (MOVI) itu menyebut para pelaku industri vape perlu mengeksplorasi model bisnis baru dan mendengarkan konsumen. Dengan liquid kemasan 15 ml, selain harga lebih terjangkau, jumlah frekuensi kunjungan vapers ke vape store juga bisa lebih sering.

“Jadi konsumen juga butuh produk yang bisa dikatakan friendly di kantong saat masa pandemi. Supaya konsumen bisa mengembalikan lagi kontrol keuangan atau pengeluarannya sesuai keadaan tendensial masing-masing. Meski jadi lebih sering ke vape store tapi lebih bisa kontrol untuk memenuhi kebutuhan lainnya di luar liquid,” ujar Dimasz.

“Ibaratnya supaya vapers belanjanya juga dianggap responsible dengan kebutuhan keluarga. Karena istri dan anak tidak hitung per mili kalau 100 ml lebih murah, tetapi mereka mau supaya kita belanja liquid lebih sedikit supaya memenuhi kebutuhan lain juga,” tambahnya.

Dimasz berharap agar sekitar 2 juta vapers yang ada di Indonesia bisa memiliki alernatif volume, supaya mereka tidak kembali ke “pacar lama” alias rokok konvensional. Dalam waktu dekat ini, MOVI akan mengeluarkan liquid kemasan 15 mililiter untuk produk liquid andalannya.

“Jangan sampai apa yang sudah kita bangun dari tahun 2013 untuk mengajak para perokok beralih ke vape jadi sia-sia gara-gara COVID-19. Banyak vapers yang hanya bisa beli liquid dgn bujet lebih rendah. Karena liquid kan tidak bisa diketeng seperti rokok, jangan sampai mereka balik ke rokok karena dianggap harganya lebih masuk akal,” pungkas Dimasz.

(Thomas Rizal/Vapemagz Indonesia)

Comments

Comments are closed.