The Vaping Trade Association of New Zealand atau VTANZ menilai larangan iklan produk vaping di Selandia Baru merupakan kebijakan yang keliru untuk industri rokok elektrik. Selain akan menempatkan produk tembakau alternatif sama dengan rokok konvensional yang berbahaya, larangan iklan berpotensi akan mengembalikan monopolisasi para pemain besar industri tembakau atau Big Tobacco.
“Tanpa akses ke iklan untuk membedakan diri mereka, perusahaan-perusahaan independen Selandia Baru akan mati oleh taktik perusahaan Big Tobacco. Industri akan kembali ke ekosistem Big Tobacco yang dimonopoli sama seperti yang terjadi di industri rokok saat ini,” kata juru bicara VTANZ, Jonathan Devery.
Menurut VTANZ, sebaiknya iklan produk tidak dilarang melainkan hanya dibatasi. Hal ini telah dilakukan di Inggris. Beberapa pembatasan itu antara lain tidak ada materi iklan yang membuat produk menarik bagi kaum muda. Lalu pemutaran iklan hanya diizinkan setelah jam 8 malam dan frekuensinya dibatasi sama seperti iklan minuman alkohol.
VTANZ juga mendorong pemerintah untuk terus memainkan peran edukasi. Mereka berharap para pelaku industri dapat dilibatkan guna mempromosikan manfaat kesehatan dari peralihan ke produk tembakau alternatif.

RNZ / Luke McPake
Juru Bicara VTANZ, Jonathan Devery.
“Kami percaya bahwa pesan ini bisa jauh lebih mudah dan efektif dikomunikasikan jika perusahaan vape sendiri berhak untuk mempromosikan manfaat dan keuntungan produk mereka,” ucap Devery.
VTANZ juga kembali menegaskan pentingnya produk-produk beraroma (rasa) agar tetap tersedia di pasar. Pasalnya produk-produk ini dibutuhkan oleh para perokok untuk membantu mereka beralih ke produk tembakau alternatif yang menurut penelitian lebih aman ketimbang rokok konvensional.
Saat ini pemerintah Selandia Baru sedang menyusun Amandemen RUU Lingkungan Bebas Asap (Smokefree) dan Regulasi Produk (Vaping). Salah satu materi yang dibahas ialah terkait larangan iklan, sekaligus pelarangan produk rasa yang hanya akan dibatasi menjadi menthol, mint dan tembakau.
Adapun VTANZ mengklaim penjualan produk dari tiga rasa itu hanya 10 persen dari pangsa pasar keseluruhan produk vaping di Selandia Baru. Sebaliknya, produk beraroma seperti fruit, dessert dan sweet flavour menjadi kunci bagi perokok yang berhasil berhenti merokok dengan rokok elektrik.
(Via Voxy)
Comments