Laporan Penelitian yang Menyebabkan Kepanikan Vape Nasional Resmi Dicabut

By Vapemagz | Lifestyle | Jumat, 21 Februari 2020

Setelah berbulan-bulan tekanan dari komunitas ilmiah, jurnal akademik Journal of American Heart Association (JAHA) pada Selasa (18/2/2020) malam menarik kembali laporan penelitian vaping yang mengklaim bahwa menggunakan rokok elektrik meningkatkan kemungkinan terkena serangan jantung.

Juni tahun lalu penulis Stanton Glantz dan Dharma Bhatta dari University of California San Francisco menyatakan dalam penelitian awal bahwa vaping dan merokok memiliki risiko yang sama. Mereka bahkan mengklaim vaping lebih berbahaya. Penelitian ini menjadi referensi media-media besar di Amerika Serikat termasuk CNN, Yahoo News, dan USA Today.

Dalam sebuah pernyataan yang menjelaskan pencabutan itu, para editor di Journal of American Heart Association (JAHA) menyatakan penelitian ini mungkin didasarkan pada data yang menyesatkan. “Para editor khawatir bahwa kesimpulan penelitian tidak dapat diandalkan,” tulis mereka.

JAHA menarik laporan itu setelah Brad Rodu, seorang ahli pengendalian tembakau di University of Louisville, mencatat bahwa banyak vapers yang dianalisis Glantz dan Bhatta untuk penelitian ini juga perokok aktif atau mantan perokok. Rodu berpendapat bahwa ada kemungkinan penggunaan rokok konvensional yang membuat mereka menderita serangan jantung.

“Pencabutan bukanlah masalah sepele. Itu tindakan yang signifikan. Menyimpulkan begitu cepat itu kesalahan yang terlalu lemah,” kata Rodu kepada VICE, Rabu (19/2/2020).

Bulan lalu beberapa ahli dari di sekolah-sekolah kesehatan umum termasuk New York University, Yale, dan King’s College London mengirim surat kepada JAHA terkait laporan Glantz dan Bhatta serta meminta penyelidikan yang tepat. David Sweanor dari Universitas Ottawa yang telah mempelajari industri tembakau global selama beberapa dekade, termasuk di antara mereka yang menandatangani surat itu.

Getty Images
Vaping sebagai alternatif yang lebih aman daripada merokok.

“Ada masalah serius dengan proses peer-review dan keengganan jurnal untuk menarik kembali pekerjaan yang tidak valid. Kesalahan ini bisa mengurangi kepercayaan pada akademisi, dan sains pada umumnya,” kata Sweanor.

Walau jurnalnya telah ditarik, Glantz yang selama ini memang dikenal sebagai salah satu penggerak kampanye “anti vape” di Twitter dan blognya mengatakan bahwa JAHA telah menyerah pada “tekanan dari pemangku kepentingan rokok elektrik”.

Glantz telah sering mencatat fakta bahwa Rodu menerima sejumlah dukungan keuangan dari industri tembakau. Rodu dan pendukung pengurangan dampak buruk lainnya sering mengecam Glantz karena metode ilmiahnya dan pandangannya tentang pengendalian tembakau. Rodu awalnya menyuarakan kritik terhadap Glantz pada awal Juli 2019, tepat setelah publikasi penelitian.

Keputusan JAHA mungkin bisa dinilai sebagai kemenangan kecil bagi akademisi dan advokat yang mendorong vaping sebagai alternatif yang lebih aman daripada merokok. Publikasi ini diterbitkan di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap rokok elektronik pada remaja dan memicu kesalahpahaman yang berkelanjutan tentang potensi penyelamatan nyawa dari beralih dari rokok menjadi vaping.

“Bagi saya kisah ini hanya menegaskan apa yang telah saya perjuangkan selama ini. Ada penilaian bias anti rokok elektrik yang mendalam di antara para peneliti pengendalian tembakau. Inilah yang menyebabkan kegagalan penerapan vape ini,” kata Michael Siegel, seorang profesor ilmu kesehatan masyarakat dari Boston University.

(Via Vice)

Comments

Comments are closed.