Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik (vape) digadang-gadang bisa menjadi “solusi berhenti” bagi para perokok yang kerap mengalami kebuntuan saat mencoba berhenti meninggalkan kebiasaan buruknya itu. Berbasis pada sejumlah penelitian Inggris bahkan mengizinkan vape lantaran dianggap menjadi alternatif terapi bagi mereka yang kesulitan berhenti merokok.
Uji coba klinis National Institute for Health Research (NIHR) menunjukkan vape dua kali lebih efektif membantu perokok untuk berhenti dibandingkan terapi pengganti nikotin (nicotine replacement therapy atau NRT) lainnya yang disediakan layanan berhenti merokok. Laporan yang terbit April 2019 ini melibatkan hampir 900 partisipan.
Studi terpisah University College London (UCL) menunjukkan vape membantu lebih 50 ribu perokok berhenti setiap tahunnya. Meski demikian penggunaan vape tak berarti tanpa risiko. Karena itu UCL menegaskan bagi para non perokok yang sama sekali belum pernah merokok tak disarankan mencoba vape.
Penelitian ini menemukan bila dibandingkan rokok konvensional risiko penggunaan vape lebih kecil. Temuan ini pernah dipublikasikan pada 2018 oleh US National Academies of Sciences, Engineering and Medicine (NASEM). Sementara Public Health England pada 2015 melaporkan vaping 95 persen lebih aman ketimbang merokok karena mayoritas bahan kimia yang biasa ditemui pada rokok dan mengakibatkan penyakit tak ditemukan dalam vape.
Survei lain menemukan empat dari sepuluh perokok dan mantan perokok keliru mengira bahwa nikotin merupakan penyebab utama kanker. Padahal bukti memperlihatkan nikotin memberikan risiko yang minimal bagi kesehatan. Meski zat ini merupakan zat adiktif yang menjadikan orang menjadi pecandu rokok, ada bahan-bahan kimia lain dari asap rokok khususnya TAR yang justru paling membahayakan.
Pada bulan lalu PHE ditugaskan menyusun laporan akhir mengenai perkembangan rokok elektronik. Gabungan tim penulis dan pakar internasional tengah menggarap studi yang meliputi berbagai sisi dan penilaian secara otoritatif bakal dilakukan pada 2022 mendatang. Dalam laporan teranyar mendatang PHE meminta pengidap asma dan gangguan pernapasan turut dipertimbangkan.
Jika rokok konvensional menyimpan risiko bagi orang yang tak merokok maka tidak demikian dengan vape. Ini terbukti dari kebijakan pemerintah Inggris mengenai larangan merokok di ruang publik atau lokasi kerja. Tapi hal serupa tak diterapkan untuk vape.
Cairan rokok elektrik umumnya terdiri atas nikotin, propilen glikol, gliserin serta perisa. Rokok elektronik tak menghasilkan asap melainkan aerosol (uap). Laporan pada 2018 mengungkap tak ada risiko kesehatan yang teridentifikasi pada orang-orang di sekeliling vapers.
Comments