Kematian akibat penyakit paru terkait aktivitas mengisap rokok elektrik dilaporkan terjadi di Belgia untuk pertama kalinya. Korban kali ini adalah seorang remaja 18 tahun.
Remaja itu, Raphael Pauwaert diketahui mendapat rokok elektrik sebagai hadiah ulang tahun. Namun, sang ayah Thierry (45), mengatakan bahwa ia meninggal kurang dari sebulan setelah didiagnosis pneumonia yang terkait vape.
“Saya berharap kematian putra saya dapat membantu mencegah korban lain dari rokok elektronik,” kata Thierry seperti dikutip dari Telegraph.
Thierry mengatakan bahwa putranya yang memiliki hobi bermain rugby itu sempat dirawat selama 26 hari dalam keadaan koma. Sebelum dilarikan ke rumah sakit, ia sempat mengalami batuk, sesak napas, dan masalah pernapasan parah.
Pada 6 November lalu, dokter memutuskan mematikan ventilator yang menyokong pernapasan remaja itu selama 26 hari karena paru-parunya sudah mengeras. Thierry mengatakan bahwa para dokter mencoba mencari tahu apa yang merenggut nyawa putranya.
“Para dokter memeriksa semua kemungkinan penyebabnya. Satu-satunya hipotesis yang tersisa adalah rokok elektrik atau isinya,” kata Thierry pada surat kabar Het Nieuwsblad.
“Kami menduga bahwa aktivitas mengisap rokok elektrik bertanggung jawab atas kerusakan paru-paru dan kematian Raphael,” kata dokter Luc-Marie Jacquet dari Saint-Luc University Hospital di Brussels.
Terungkap juga bahwa dalam rokok elektrik yang diberikan oleh teman Raphael itu, terkandung cairan cannabidiol atau CBD yang biasa terdapat dalam ganja.
Kasus ini membuat Menteri Kesehatan Belgia, Maggie De Block angkat bicara. Diperkirakan ada sekitar 300.000 pengguna e-rokok dan sekitar dua juta perokok di Belgia.
“Hubungan dengan rokok elektronik masih dibangun. Tidak ada penjelasan lain untuk pnumonia parah pada pasien ini,” kata De Block ketika ditanyai oleh parlemen Belgia.
(Via The Telegraph)
Comments