Keberadaan Vape Shop Jadi Indikator Kesehatan Sebuah Kota

By Vapemagz | Lifestyle | Sabtu, 3 November 2018

Ditemukannya rokok elektrik alias vape sebagai alternatif pengganti rokok konvensional memang menjadi sisi positif dari perkembangan teknologi. Sebagai produk yang relatif lebih kurang beracun, keberadaan vape dianggap mendorong gaya hidup sehat bagi para perokok yang beralih ke vaping. Dengan demikian, keberadaan vape shop dalam sebuah kota diperlukan guna memberikan edukasi produk vapor kepada perokok.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Royal Society for Public Health (RSPH) di Inggris menjadikan keberadaan vape shop dalam sebuah kota sebagai indikator kesehatan suatu kota. Menurut penelitian tersebut, hingga akhir tahun 2017, sudah ada lebih dari 2.000 vape shop di 70 kota utama Inggris. Jumlah ini lebih dari 1.000 alias meningkat dua kali lipat dari jumlah pada vape shop di tiga tahun sebelumnya.

RSPH mengembangkan metode yang disebut Skala Kekayaan Kesehatan untuk mengevaluasi kualitas bisnis kota-kota tersebut. Setiap bisnis yang diadakan di kota tersebut memiliki skor tersendiri dengan rentang 8 hingga -4, tergantung dari bagaimana bisnis itu mendorong konsumennya untuk hidup lebih sehat.

Selain vape shop, keberadaan toko-toko umum dan fasilitas publik juga dianggap bisa mendorong penduduk sekitar untuk hidup lebih sehat. Misalnya, keberadaan pub dan tempat-tempat nongkrong diberi poin 2 lantaran dianggap bisa memberi ruang masyarakat untuk berinteraksi dengan sesamanya. Keberadaan perpustakaan diberi poin 5. Sementara toko tato diberi poin -1 dan rumah makan siap saji diberi poin -2.

RSPH/BBC
Hasil penelitian Royal Society for Public Health (RSPH) terkait kesehatan kota-kota besar di Inggris.

RSPH pun memberi peringkat 10 kota paling sehat dan 10 kota paling tidak sehat. Hasilnya, Edinburgh, Canterbury, Taunton, Shrewsbury, Cheltenham, York, Brighton & Hove, Eastbourne, Exeter, Cambridge masuk ke kategori kota tersehat dari sisi bisnis yang berlangsung.

Sebaliknya, Grimsby, Walsall, Blackpool, Stoke-on-Trent, Sunderland, Northampton, Bolton, Wolverhampton, Huddersfield, Bradford masuk kategori kota yang tidak sehat. Hal ini disebabkan karena ada banyaknya tempat-tempat penjual makanan cepat saji, tempat judi, serta banyak toko-toko yang tak berpenghuni.

“Ketika uang yang dihabiskan para penduduk lebih banyak untuk kegiatan yang tidak menyehatkan, kota-kota besar ini justru menjadi tempat kebiasaan buruk bagi masyarakatnya,” ujar Shirley Cramer, Kepala Eksekutif RSPH. “Peringkat yang kami sajikan menggambarkan bagaimana bisnis yang tidak menyehatkan terkonsentrasi di area yang mana masyarakatnya sudah memiliki masalah kerugian, obesitas dan harapan hidup yang rendah,” lanjutnya.

Penelitian RSPH menemukan hingga akhir tahun 2017, di 70 kota besar Inggris ada tambahan lebih dari 4.000 tempat makan siap saji dibanding jumlah pada tahun 2014. RSPH juga menemukan adanya peningkatan 31% jumlah kafe, meski secara statistik 18 tempat minum ditutup setiap minggunya.

Selain itu, tingkat toko yang tidak berpenghuni juga meningkat menjadi 11 persen, lebih tinggi dari tingkat pada 10 tahun sebelumnya yakni sebesar 7 persen. Shirley menilai menata kembali toko-toko di perkotaan ini bisa meningkatkan gaya hidup sehat masyarakatnya, serta menjadi alat untuk mengatasi ketimpangan.

(Via BBC)

Comments

Comments are closed.