Kajian Ilmiah Tunjukkan Produk Tembakau Alternatif Punya Risiko Rendah

By Vapemagz | Lifestyle | Senin, 15 Juni 2020

Visiting Professor di Lee Kuan Yew School of Public Policy, National University of Singapore, Profesor Tikki Pangestu mengatakan banyak kajian ilmiah yang menunjukkan tembakau alternatif memiliki risiko lebih rendah dibanding rokok konvensional.

“Risikonya lebih rendah sehingga punya potensi membantu mereka yang kesulitan berhenti merokok,” kata Tikki yang juga mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO).

Tikki mengatakan WHO seharusnya lebih terbuka terhadap kajian ilmiah mengenai tembakau alternatif sebagai upaya mengendalikan penggunaan tembakau. Menurut Tikki, tujuan awal WHO membuat perjanjian internasional pengendalian tembakau (Framework Convention on Tobacco Control atau FCTC) pada tahun 2000 adalah untuk mengatasi epidemi penyakit yang berhubungan dengan merokok.

WHO juga memiliki misi utamanya, yaitu mendukung kesehatan setinggi-tingginya bagi semua orang, termasuk 1 miliar perokok di seluruh dunia.

Straitstimes
Profesor Tikki Pangestu

“Sampai saat ini rokok masih menjadi penyebab penyakit tidak menular seperti jantung, hipertensi, diabetes, kanker paru, dan lain-lain. Angka kematian akibat kebiasaan merokok akan tetap tinggi, terutama di Indonesia,” jelasnya.

Khusus Indonesia, Tikki menyarankan pemerintah dan para pemangku kepentingan terkait memiliki sikap terbuka terhadap produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik. Selain itu, perlu adanya kajian ilmiah yang dilakukan oleh lembaga independen sehingga hasilnya transparan dan objektif.

“Mereka yang anti terhadap produk tembakau alternatif berarti mengabaikan hak asasi manusia, khususnya perokok, untuk mendapat akses ke produk yang lebih baik bagi kesehatan mereka dan menghindari kematian dini. Ini merupakan ketidakadilan sosial dan pelanggaran HAM,” tegasnya.

Berdasarkan laporan WHO, kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian terbesar kedua di dunia dan bertanggung jawab atas sekitar 9,6 juta kematian di tahun 2018.

Secara global, sekitar satu dari enam kematian disebabkan oleh penyakit kanker. Penggunaan rokok, atau produk tembakau yang dibakar, menghasilkan lebih dari 7.000 zat kimia berbahaya dan berpotensi berbahaya dan merupakan faktor risiko tertinggi dan bertanggung jawab atas sekitar 22 persen kematian akibat kanker.

(Siaran Pers)

Comments

Comments are closed.