Jejak Tar Rokok dalam Tubuh Baru Hilang Setelah 15 Tahun

By Vapemagz | Lifestyle | Selasa, 6 November 2018

Banyak orang yang salah kaprah terkait bahaya merokok. Nikotin, yang selama ini dianggap sebagai penyebab rokok menjadi candu, sering kali dinyatakan sebagai zat berbahaya bagi kaum awam. Padahal, nikotin dalam tubuh bisa hilang hanya butuh waktu 48 jam tak merokok.

Sebetulnya, zat yang sebenarnya merusak dari rokok adalah tar. Elemen terakhir ini bersifat karsinogen yang menyebabkan kanker dan penyakit lainnya karena kandungan empat ribu zat berbahaya di dalamnya.

“Tar adalah asap hasil pembakaran dari tembakau rokok,” kata Ketua Koalisi Bebas TAR (Kabar) dan Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, drg. Amaliya, MSc., Ph.D Amaliya dalam Diskusi Publik Produk Tembakau Alternatif dalam Perspektif Kesehatan dan Hukum di UC Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, akhir Oktober lalu.

Sebetulnya, tar tak hanya dihasilkan dari pembakaran tembakau rokok. Kita bisa menjumpai tar dari hasil pembakaran sampah, bahan bakar minyak seperti yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor, serta lampu tempel berbahan bakar minyak tanah.

“Perhatikan apabila semalaman menyalakan lampu tempel dan esoknya bagian wajah banyak jelaga hitam, itulah tar. Begitu pula yang terdapat setelah hasil pembakaran sampah, asap knalpot, serta rokok,” kata Amaliya.

Dirinya menjelaskan asap dari tar tak hanya membahayakan perokok yang menghirupnya, melainkan lingkungan sekitarnya termasuk masyarakat yang turut menghirup sisa asap tersebut. Meski mereka bukan perokok, orang-orang yang ikut menghirup asapnya biasa disebut sebagai perokok pasif. Tar inilah yang membentuk lapisan lengket pada paru.

Sebagai contoh, baru-baru ini masyarakat mendengar kabar duka dari komedian legendaris, Indro Warkop. Sang istri, Nita Octobijanthy menderita penyakit kanker paru dan akhirnya meninggal. Padahal Nita bukan perokok aktif melainkan pasif lantaran terpapar asap rokok dari Indro yang perokok berat.

Contoh lainnya seperti Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho yang divonis menderita kanker paru stadium empat. Dirinya juga bukan perokok, melainkan bekerja di lingkungan yang banyak perokoknya.

Hal serupa dialami oleh pengamat hukum Ariyo Bimmo. Dirinya nyaris batal melanjutkan sekolah ke Belanda lantaran hasil tes paru menunjukkan ada flek. “Padahal saya bukan perokok. Tapi berada di ruangan yang ada perokoknya,” kata Ariyo.

Dewan Penasehat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Jawa Barat, Dr. Ardini Saptaningsih Raksanagara dr.,MPH menjelaskan, terdapat aneka rupa zat-zat berbahaya yang dikandung dalam tar. Salah satunya adalah asam asetik yang biasa ditemukan dalam cairan pembersih lantai.

Vita Wahyu Haryanti/Radar Jogja
Dewan Penasihat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Jawa Barat, Dr. Ardini Saptaningsih Raksanagara dr.,MPH.

Selanjutnya asetanisol untuk bahan parfum, aseton untuk pembersih cat kuku, hydrogen sianida untuk racun tikus, methanol untuk membuat bahan bakar yang biasa jadi ramuan minuman keras oplosan, formalin untuk mengawetkan. Menurut penelitian, setidaknya ada kandungan empat ribu zat berbahaya.

Tar tidak hanya bisa menyebabkan kanker paru-paru, melainkan sejumlah penyakit lainnya seperti katarak, kanker mulut, kanker nasofaring atau kanker rongga mulut dan hidung, stroke, dan penyakit jantung. “Asap rokok yang dihirup itu melalui semua organ tubuh dari kepala sampai kaki,” ujar Ardini.

Kanker nasofaring sendiri adalah kanker lainnya selain paru-paru yang paling sering diderita perokok. Hal ini disebabkan asap rokok masuk tubuh pertama kali melalui rongga mulut dan hidung. Gambar penderita kanker nasofaring inilah yang banyak ditempel pada bungkus-bungkus rokok sebagai peringatan akan bahaya merokok.

Memang benar, tak ada jalan lain bagi perokok yang ingin sehat selain berhenti merokok. Meski demikian, meski sudah berhenti merokok, mantan perokok juga masih terancam risiko bahaya penyakit lainnya.

Menurut penelitian dari Kabar, untuk menghilangkan jejak tar dalam tubuh dibutuhkan bagi perokok yang telah berhenti merokok selama 15 tahun. Artinya, risiko serangan jantung dan stroke para mantan perokok itu baru bisa turun ke tingkat yang sama dengan yang bukan perokok itu setelah berhenti 15 tahun.

Sementara itu, untuk risiko kanker paru bisa diatasi separuhnya setelah berhenti merokok setelah 10 tahun. Efek nafas pendek dan sesak serta batuk-batuk berkurang setelah 1-9 bulan. Sistem aliran darah membaik dan fungsi jantung meningkat setelah berhenti 2-12 pekan.

(Via Tempo)

Comments

Comments are closed.