Spanyol dinobatkan sebagai negara paling sehat di dunia versi Indeks Negara Tersehat (Healthiest Country Index) Bloomberg tahun 2019. Negeri Matador sukses menggusur Italia yang sebelumnya menyandang gelar negara tersehat versi tahun sebelumnya.
Indeks ini mengurutkan kondisi kesehatan 169 negara di seluruh dunia berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Bank Dunia. Variabel-variabel penilaian antara lain angka harapan hidup dan faktor gaya hidup seperti penggunaan tembakau dan obesitas. Faktor lingkungan seperti akses terhadap air bersih dan sanitasi juga termasuk dalam penilaian.
Spanyol mendapat nilai kesehatan 92.75, naik lima peringkat dari peringkat tahun sebelumnya. Di posisi kedua dan ketiga berturut-turut di tempati oleh Italia dan Islandia. Di tempat keempat ada Jepang. Negeri Sakura ini menjadi negara tersehat di Asia. Sementara itu, Singapura berada di posisi kedelapan, yang menjadikan tetangga Indonesia ini sebagai negara tersehat di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan data WHO, Spanyol memiliki harapan hidup tertinggi saat lahir dibanding negara-negara Uni Eropa lainnya. Menurut perhitungan dari Institute for Health Metrics and Evaluation dari University of Washington, pada 2040, orang Spanyol bahkan diperkirakan memiliki harapan hidup tertinggi mencapai hampir 86 tahun.
“Perawatan primer pada dasarnya disediakan oleh penyedia layanan publik, mulai dari dokter keluarga khusus dan staf perawat, yang memberikan layanan pencegahan kepada anak-anak, wanita dan pasien lanjut usia, serta perawatan akut dan kronis,” ulas European Observatory on Health Systems and Policies 2018.
Keberhasilan Spanyol menjadi negara tersehat disinyalir mengikuti meningkatnya tren diet Mediterania oleh masyarakat setempat. Diet yang fokus pada makanan nabati seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan dianggap mampu mencegah kasus kardiovaskular daripada diet rendah lemak.
Sementara itu, Indonesia sendiri tak termasuk dalam daftar 50 besar negara tersehat di dunia versi tersebut. Hal ini tidak mengejutkan, mengingat Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan masih adanya permasalahan seputar kesehatan yang masih harus dihadapi, walaupun di beberapa bagian telah mengalami perbaikan.
Dibanding riset serupa tahun 2013, prevalensi kanker naik dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen. Prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, sementara penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Adapun mengacu pada pemeriksaan gula darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen. Dari hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.
Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur.
(Via Bloomberg, Liputan6.com)
Comments