Dokter PDPI: Promosi Vape Aman Itu Tidak Jujur

By Vapemagz | Lifestyle | Jumat, 20 September 2019

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa vape layak dianggap sebagai alternatif yang relatif lebih aman ketimbang produk tembakau konvensional seperti rokok. Salah satunya karena rokok elektrik tidak menghasilkan sisa pembakaran (tar) seperti rokok. Meski demikian, klaim rokok elektrik sebagai produk less harmful tersebut dibantah oleh dokter paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Feni Fitriani Taufik.

“Promosi Vape itu tidak jujur, mengatakan kurang berbahaya, lebih aman dari rokok konvensional, itu bukan berarti aman 100 persen,” kata Feni seperti dikutip dari Antara.

Feni mengaku telah melakukan penelitian tentang kandungan cairan atau likuid vape. Beberapa kajiannya mendapati likuid mengandung nikotin yang dapat menimbulkan kecanduan, bahan penyebab kanker (karsinogen) seperti propylene glycol, gliserol, formaldehid, nitrosamine, serta bahan beracun lain seperti logam berat, silikat, dan nanopartikel.

Twitter@rs_persahabatan
Dokter paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Feni Fitriani Taufik.

Selain itu, meski penggunaan vape tidak dibakar layaknya rokok, uap yang dihasilkan secara elektrik juga dinilai tidak aman bagi kesehatan lantaran merupakan hasil dari penggunaan logam berat. Uap tersebut merupakan hasil pemanasan likuid yang telah diberi perasa yang sebenarnya diperuntukkan buat makanan.

“Vape itu juga macam-macam isi kandungannya, ada yang pakai nikotin, bahkan banyak penelitian juga yang mengatakan produsen vape mencantumkan kadar nikotin berbeda dengan isi yang sebenarnya. Perasa yang diuapkan ini dapat mengiritasi saluran pernafasan. Apapun tubuh kita ini kalau diiritasi terus menerus akan berpengaruh,” katanya.

Menurut Feni mengatakan, saat ini masih diperlukan penelitian lanjutan sebelum memastikan rokok elektrik sebagai alternatif produk yang aman. Pasalnya, beberapa penelitian di luar negeri juga ada yang menemukan vape masih memiliki bahan karsinogenik penyebab kanker. Salah satunya penelitian pada urine pengguna rokok elektronik yang ditemukan bahan karsinogenik kanker kantung kemih.

“Artinya walaupun kandungannya rendah belum tentu aman, kalau dipakai terus menerus memang yakin tubuh kita bisa menahan yang yang masuk itu,” kata dokter yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.

(Via Antaranews)

Comments

Comments are closed.