Dokter di Amerika Bantah Uap Vape Bisa Membawa Virus Korona

By Vapemagz | Lifestyle | Selasa, 24 Maret 2020

Seorang ahli mikrobiologi dari Skotlandia, Tom McLean pada minggu lalu memicu ketakutan setelah memperingatkan bahwa menghirup uap hasil embusan vaping orang lain sama seperti “diludahi di wajah”. Hal ini tentu mengkwatirkan mengingat cara persebaran virus korona (coronavirus atau COVID-19) adalah melalui droplet yang dihasilkan saat bersin dan batuk.

Meski demikian, Dr. Neal Benowitz seorang profesor kedokteran emeritus dari University of California San Francisco mengatakan coronavirus tidak akan menyebar melalui uap vape kecuali pengguna batuk saat menghembuskan uap. Tidak ada cukup bukti untuk membuktikan bahwa uap vape membawa cukup banyak kuman untuk menginfeksi orang lain lantaran tingkat lendir dan air liur dalam uap sangat kecil. Dengan demikian hal tersebut tidak mungkin menyebabkan infeksi.

“Adalah pemahaman saya bahwa uap rokok elektrik diembuskan terdiri dari partikel yang sangat kecil dari air, propilen glikol dan gliserin dan bahan kimia rasa. Bukan dari tetesan air liur. Aerosol uap menguap sangat cepat sementara partikel yang dipancarkan ketika batuk atau bersin adalah partikel besar yang bertahan di udara untuk jangka waktu yang relatif lama,” kata Dr. Neal Benowitz kepada Mail Online.

“Jadi saya tidak akan berpikir bahwa vapers memiliki risiko menyebarkan COVID-19, kecuali mereka batuk ketika mengeluarkan uapnya,” tambahnya.

Shutterstock/Aleksandr Yu
Uap vape.

Penelitian telah menunjukkan bahwa coronavirus menyebabkan komplikasi kesehatan yang lebih serius pada pria daripada wanita. Data di Inggris menemukan 70 persen pasien coronavirus adalah pria. Ilmuwan China sebelumnya berhipotesa apakah itu mungkin karena pria cenderung merokok lebih banyak daripada wanita. Hampir dua pertiga dari populasi pria di China merokok dibandingkan dengan kurang dari 5 persen wanita.

Tetapi pejabat kesehatan masyarakat mengatakan tidak ada cukup bukti untuk mendukung teori ini mengingat hanya 1,4 persen kematian akibat virus korona di China yang korbannya merupakan perokok. Pandemi global coronavirus telah membuat sekitar 359.000 orang terinfeksi dimana hampir 5.900 di antaranya terjadi di Inggris dan 40.850 di AS.

Coronavirus termasuk penyakit pernapasan. Itulah sebabnya mereka yang memiliki gangguan pada sistem pernapasan seperti penderita asma berada dalam kategori rentan. Banyak perokok baik yang sekarang masih merokok maupun yang sudah beralih ke vaping sudah memiliki kesehatan pernafasan yang buruk akibat merokok selama bertahun-tahun.

Itulah mengapa Profesor Chris Whitty, Kepala Petugas Medis untuk Inggris mengatakan kepada warga Inggris jika mereka telah mempertimbangkan untuk berhenti dari kebiasaan merokok sekaranglah saat yang tepat untuk melakukannya.

(Via Daily Mail)

Comments

Comments are closed.