Dianggap Simbol Kebebasan, Wanita Arab Saudi Isap Rokok dan Vape di Muka Umum

By Vapemagz | Lifestyle | Rabu, 19 Februari 2020

Rima, warga Arab Saudi mengisap rokok elektriknya di sebuah kafe di Riyadh. Dia terang-terangan mengembuskan uap vapor di depan umum kepada orang di sekitarnya.

“Saya merasa bahwa mengisap tembakau di depan umum adalah bagian dari melaksanakan kebebasan saya yang baru dimenangkan. Saya senang bahwa sekarang saya dapat memilih,” kata wanita berusia 27 tahun itu dikutip AFP.

Pandangan perempuan merokok di Arab Saudi telah menjadi jauh lebih umum dalam beberapa bulan terakhir. Hal tersebut sejalan dengan perubahan sosial di Arab Saudi yang menganggap wanita pengguna rokok, shisha atau vaping sebagai simbol emansipasi. Sebuah prospek yang tidak terpikirkan sebelum diperkenalkannya reformasi besar-besaran di kerajaan ultra-konservatif.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah meluncurkan serangkaian inovasi ekonomi dan sosial untuk memproyeksikan citra moderat dan ramah bisnis. Saat ini wanita di Arab Saudi diperbolehkan untuk mengemudi, menghadiri acara konser, menikmati olahraga publik dan mendapatkan paspor tanpa persetujuan wali pria.

Rima mulai merokok sejak dua tahun lalu. Dia menepis kekhawatiran tentang dampak berbahaya tembakau terlebih jika keluarganya mengetahui hal itu.

“Saya tidak akan memberi tahu mereka bahwa ini adalah tentang kebebasan kepribadian saya. Karena mereka tidak akan mengerti bahwa wanita bebas untuk merokok seperti pria,” katanya.

AFP
Merokok atau vaping di muka umum menjadi simbol kebebasan wanita di Arab Saudi.

Tidak hanya Rima, Najla (nama samaran) wanita berusia 26 tahun itu mengatakan bahwa saat ini terjadi perubahan sosial yang cepat. Meski demikian masih ada standar ganda dan jika wanita merokok maka hal itu akan dianggap sebagai sebuah skandal dan aib.

“Hak saya akan sepenuhnya dihormati ketika keluarga saya menerima saya sebagai perokok,” ucap Najla yang mulai merokok ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Menurut studi yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas King Abdulaziz pada 2015 hampir 65 persen perempuan SMA di Arab Saudi melakukan hal tersebut secara diam-diam.

Jika menilik beberapa tahun lalu, perempuan di Arab Saudi akan dikejar dan ditangkap oleh polisi agama apabila kedapatan melakukan pelanggaran seperti memakai cat kuku atau membiarkan sehelai rambut keluar dari jilbab mereka.

Namun sekarang keadaannya sudah berubah setelah pihak Kerajaan Arab Saudi mempekenalkan reformasi yang lebih membebaskan hak perempuan. Reformasi yang mendukung perempuan adalah bagian dari kampanye hubungan masyarakat untuk meningkatkan kepastian hak asasi manusia negara kerajaan itu. Walau begitu kebijakan tersebut masih mendapatkan kecaman keras dari para intelektual dan ulama.

(Via AFP/Geo.tv)

Comments

Comments are closed.