Coronavirus Secara Tidak Langsung Paksa Vapers Kembali ke Rokok

By Vapemagz | Lifestyle | Senin, 30 Maret 2020

Beberapa kota-kota di Amerika Serikat seluruh negeri telah melakukan isolasi wilayah dengan harapan memperlambat penyebaran virus korona (coronavirus atau COVID-19). Beberapa penyedia layanan “esensial” telah diizinkan untuk tetap beroperasi seperti Bank, Apotek dan juga Restoran yang masih diizinkan untuk beroperasi untuk melayani pesanan take away.

Salah satu bisnis yang tidak mendapat izin untuk tetap beroperasi adalah toko vape. Hal ini membuat frustrasi para pemilik toko vape dan para pengguna, yang menilai hal itu bisa memaksa orang kembali ke rokok konvensional dan lebih berbahaya. Pasalnya, di negara-negara bagian di mana bisnis-bisnis non-esensial tutup, mini market dan pompa bensin terus diizinkan untuk beroperasi dan menjual rokok konvensional.

“Sayangnya persediaan rokok masih terus terjaga. Jika kita menutup toko vape orang akan kembali merokok,” kata kata Rick Avila, salah satu pendiri Liquid Nicotine Wholesaler, pemasok likuid nikotin terbesar di AS.

Para pemilik toko vape percaya bahwa toko mereka sama pentingnya dengan binatu selama masa epidemi ini. Mereka menilai toko vape menjual alat penghentian merokok yang efektif dan menyediakan layanan kesehatan masyarakat yang diperlukan pada saat tekanan dan ketidakpastian global ini.

“Vape pada dasarnya dalam kategori yang sama dengan produk pengganti nikotin, seperti patch atau permen karet. Masuk akal untuk memperlakukan mereka dengan cara yang mirip dengan apotek,” kata Michael Siegel, seorang profesor ilmu kesehatan masyarakat di Boston University.

Spencer Platt/Getty Images
Vape shop.

“Untuk membatasi akses bagi orang-orang untuk memiliki produk pengurangan bahaya ini dan membuat mereka kembali ke rokok pada saat kita menghadapi pandemi pernapasan sepertinya ini rasanya tidak masuk akal bagi saya,” kata Dave Norris pemilik Blue Door Vaping di Harrisburg, Pennsylvania.

Di beberapa negara Eropa seperti Spanyol, Italia, Prancis, dan Swiss yang sedang melakukan “lockdown” toko vape dianggap sebagai toko yang “penting” dan diizinkan untuk beroperasi. Hal ini justru tidak berlaku di Inggris, negara yang sejauh ini bisa disebut memimpin dalam mempromosikan vaping sebagai alternatif yang jauh lebih aman daripada merokok.

Di AS sendiri, kehadiran produk vaping sebelum mewabahnya virus korona sudah mendapatkan berbagai tekanan khususnya terkait meningkatnya penggunaan di kalangan remaja. Beberapa Negara Bagian seperti New Jersey telah memberlakukan larangan ketat produk rasa, bahkan melebihi hukum federal yang melarang rasa selain tembakau dan mentol.

Dengan adanya wabah korona ini, mereka yang berada di industri vape menghadapi ancaman yang jauh lebih nyata bagi kelangsungan hidup mereka. Dan Donahue yang menjalankan dua toko vape dengan nama Good Karma Vapor di New Jersey mengantisipasi kerugian hingga 80 persen dalam penjualan. Ketika Gubernur Phil Murphy mengumumkan akan meminta bisnis yang tidak “esensial” untuk berhenti beroperasi, Donahue tidak punya pilihan selain memberhentikan stafnya.

“Sebagai orang yang menggunakan produk vape sendiri dan sudah selama sembilan tahun, saya tahu betapa pentingnya produk vaping untuk dimiliki pada periode ini. Namun, saya merasa dilema karena saya menyadari pentingnya menjaga mereka dan masyarakat tetap sehat,” katanya.

(Via Vice)

Comments

Comments are closed.