Coronavirus Buat Inggris Cetak Rekor Berhenti Merokok dalam 1 Dekade

By Vapemagz | Lifestyle | Minggu, 19 Juli 2020

Sebuah survei dari Action on Smoking and Health (Ash) menunjukkan lebih dari satu juta perokok di Inggris berhenti merokok sejak pandemi virus korona (coronavirus atau COVID-19) melanda. Survei menyebut 41 persen di antara mereka berhenti merokok berkaitan dengan pandemi korona.

Dikutip dari BBC, survei yang dilakukan dari 15 April hingga 20 Juni ini mengumpulkan 10 ribu orang yang terdaftar di YouGov atas nama Ash. Mereka ditanya soal kebiasaan merokok dan memperkirakan jumlah orang yang berhenti merokok di Inggris selama pandemi.

Sebagian besar berhenti merokok terkait dengan pandemi COVID-19 seperti memperhatikan masalah kesehatan, akses membeli rokok yang sulit karena sedang isolasi diri dan juga berkurangnya kegiatan sosial.

Secara terpisah, tim di University College London mensurvei seribu orang dalam 1 bulan di Inggris perihal kebiasaan merokok mereka sejak 2007. Hingga Juni 2020, 7,6 persen perokok yang ikut serta dalam survei menyatakan berhenti merokok atau hampir sepertiga lebih tinggi dari rata-rata dan proporsi tertinggi sejak survei dimulai lebih dari satu dekade lalu.

“Lebih dari satu juta perokok mungkin telah berhasil menghentikan kebiasaan merokok sejak COVID-19 menghantam Inggris. Walau begitu, jutaan orang lainnya masih terus merokok,” kata peneliti.

Wire Feed/Daily Mail
Survei menyebut 41 persen di antara mereka berhenti merokok berkaitan dengan pandemi korona.

Data dari aplikasi Zoe Covid Symptom Tracker menyebut perokok 14 persen lebih mungkin terpapar COVID-19 daripada non-perokok. Tiga gejala infeksi virus korona seperti demam, batuk terus-menerus dan sesak napas membuat perokok lebih berisiko alami kondisi serius karena korona.

Aplikasi yang dibuat oleh para peneliti di Guy’s and St Thomas’ hospitals and King’s College London itu menganalisis data dari lebih dari 2,4 juta peserta di Inggris. Analisis mereka menemukan perokok yang dinyatakan positif COVID-19 dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit daripada mereka yang dinyatakan positif korona tetapi tidak merokok.

Hal ini sejalan dengan penelitian dari Amerika Serikat yang menemukan perokok dirawat di rumah sakit dan positif korona disebut 1,8 kali lebih mungkin meninggal. Namun, ada juga beberapa penelitian dari seluruh dunia menyatakan merokok sebenarnya memiliki efek perlindungan terhadap coronavirus.

Ini didasarkan pada kelompok pasien rumah sakit di mana perokok tampaknya kurang terwakili, dibandingkan dengan jumlah mereka dalam populasi yang lebih luas. Kesimpulannya, hal tersebut belum bisa dipastikan kebenarannya.

Dr Jamie Hartmann-Boyce, dari Universitas Oxford mengatakan ada penjelasan masuk akal secara biologis bahwa nikotin dapat menghalangi reseptor yang sama yang digunakan oleh virus untuk masuk ke dalam sel seseorang. Namun, ia menyebut signifikansi klinis dari studi ini sepenuhnya tidak jelas. “Ini tidak konsisten di seluruh studi dan tidak jelas apakah data dari studi ini dapat diandalkan,” kata Jamie.

Sementara itu, Public Health England (PHE) mengatakan ada bukti kuat bahwa merokok umumnya dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi virus pernapasan. “Merokok menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan saluran udara dan merusak sistem kekebalan tubuh, mengurangi kemampuan Anda untuk melawan infeksi,” tulis pedoman kesehatan PHE.

(Via BBC)

Comments

Comments are closed.