Apa yang Harus Dilakukan Orangtua Ketika Mengetahui Anaknya Vaping?

By Vapemagz | Lifestyle | Senin, 21 Januari 2019

Merokok di kalangan remaja memang telah menjadi masalah sejak dahulu. Kini, dengan berkembangnya tren menghisap rokok elektronik atau vaping, para remaja juga turut beralih ke vape. Penggunaan produk vapor di kalangan remaja sendiri merupakan kebiasaan yang tidak baik. Meningkatnya jumlah underage vapers atau pengguna vape usia belia, merupakan epidemi di dunia yang perlu segera diatasi.

Lantas apa yang harus dilakukan jika orangtua mengetahui anaknya mulai belajar menghisap vape? Meredith Berkman dari Parents Against Vaping (PAVe) menyatakan hal penting yang harus dilakukan orang tua adalah selalu mengedukasi diri mereka sendiri terkait apa itu vape atau rokok elektronik.

Pasalnya, tak jarang orangtua yang membiarkan anaknya untuk vaping, lantaran menganggap vape sebagai produk yang lebih aman ketimbang rokok konvensional. Padahal, meski vape dinyatakan sebagai produk yang less harmfull, vape masih mengandung nikotin yang bisa menyebabkan anak-anak kecanduan.

“Hal pertama yang harus dilakukan orangtua adalah mengedukasi diri mereka sendiri. Saya terus melihat tren vaping di kalangan remaja terus terbuka. Saya menyadari hal itu juga terjadi di rumah saya,” ujar Berkman, yang juga memiliki empat anak dan kini tinggal di New York.

Rokok elektrik yang bekerja dengan cara memanaskan likuid sampai itu menguap, memang memiliki berbagai bentuk yang unik sehingga membuat orangtua tidak menyadarinya. Beberapa ada yang berbentuk seperti perangkat USB, ada pula yang terlihat seperti pena biasa.

Getty Images/iStockphoto
Pengguna rokok elektrik belia biasanya sering mengambil waktu sendiri untuk bisa vaping. (ZAL)

Beberapa likuid mengandung kandungan nikotin dalam kadar tertentu. Beberapa produk juga mengandung beragam kandungan, beberapa produk juga memiliki aroma atau rasa tertentu. Ada pula yang menggunakan perangkat untuk vaping ganja (CBD) atau marijuana.

Pakar kesehatan mengkhawatirkan rokok elektrik dapat mempengaruhi perkembangan otak anak, karena apabila mereka kecanduan nikotin di usia belia, mereka lebih mudah kecanduan produk lainnya seperti rokok konvensional dan narkoba. Selain itu, meski dianggap 95 persen lebih aman, efek penggunaan rokok elektrik secara jangka panjang masih perlu dipelajari lebih lanjut.

Menurut Pat Aussem dari lembaga nonprofit Partnership for Drug-Free Kids, orangtua harus terus mengikuti perkembangan kebiasaan anaknya. “Para orangtua perlu menarik nafas lebih dalam. Dalam beberapa kasus, orangtua bahkan tidak menyadari anak mereka telah vaping. Mereka, juga tidak mengetahui kandungan apa saja yang anak mereka telah hisap,” ujar Pat.

Para ahli juga meminta orangtua mengamati gejala-gejala pada anak mereka. Biasanya, anak-anak yang mulai vaping akan memiliki aroma-aroma tertentu pada pakaian mereka, misalnya aroma manisan, seperti yang ada pada likuid beraroma. Pengguna rokok elektrik belia juga biasanya menunjukkan perubahan pada suasana hati. Mereka akan sering mengambil waktu sendiri untuk bisa vaping, serta memposting hal-hal berkaitan dengan vape di sosial media.

Orangtua juga harus bisa memberi contoh yang baik dengan tidak menggunakan vape atau rokok itu sendiri. Selain itu, penting untuk melakukan percakapan terbuka dengan anak-anak. Alih-alih mengkuliahi mereka, ada baiknya untuk cukup mendengar, supaya memahami alasan mengapa anak mereka ingin vaping.

“Bisa saja anak vaping karena tekanan teman sebaya. Bisa juga karena dia menderita penyakit kecemasan atau menghindari gejala penarikan diri. Kita harus mendorong mereka untuk mengikuti pola hidup lebih sehat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu,” kata Partnership for Drug-Free Kids.

(Thomas Rizal/Via CNN)

Comments

Comments are closed.