Ahli Temukan Potensi Bahaya Uap Vape Jauh Lebih Rendah dari Asap Rokok

By Vapemagz | Lifestyle | Sabtu, 7 Desember 2019

Uap rokok elektrik atau vape yang dihasilkan dari device menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmat rokok elektrik alias vapers. Selain meniru sensasi seperti menggunakan rokok konvensional, uap ini juga memiliki aroma yang sedap dan beragam. Beberapa likuid juga mengandung zat perasa yang membuat vaping tambah sedap.

Tak hanya enak, ternyata uap vape ini juga jauh lebih aman ketimbang asap dari hasil pembakaran rokok. Hal itu disampaikan oleh ahli toksikologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Sho’im Hidayat.

“Jumlha HPHC (Harmful and Potentially Harmful Constituents atau kandungan yang dapat berpotensi bahaya) yang dimiliki uap rokok elektrik jauh lebih rendah ketimbang asap dari rokok konvensional,” ucap dr Sho’im di Kawasan Cikini, Jakarta, beberapa hari lalu.

“Dari penelitian-penelitian di luar negeri, kandungan HPHC rokok elektrik jauh lebih rendah. Bahkan sampai 90 persen lebih rendahnya. Yang keluar dari vape itu dalam bentuk uap, istilahnya non smoke aerosols. Ini berasal adanya pemanasan semua zat. Prosesnya, hanya menguap. Semacam uap seperti kita memasak air. Kan ada uap di atasnya,” tambahnya.

Suzanne Kreiter/The Boston Globe via Getty Images
Ilustrasi uap vape.

Sementara itu dokter spesialis penyakit dalam, Kadek Dian Lestari juga menyampaikan, risiko perokok pasif yang menghirup uap vape akan lebih rendah jika dibandingkan dengan asap rokok. Pasalnya rokok elektrik tidak menghasilkan sisa pembakaran (TAR).

“Yang elektronik itu kan dipanaskan. Bisa dikatakan tidak mengandung TAR–senyawa yang menimbulkan risiko kanker. Beda dengan asap rokok konvensional yang mengandung TAR. Jadi, risikonya lebih berkurang,” kata Kadek.

Kadek menekankan sampai saat ini belum ada penelitian di Indonesia terhadap bahayanya vape. Untuk itu perlu ada penelitian mendalam tentang vape untuk memberi kepastian dan menjawab keresahan di kalangan masyarakat.

“Untuk pengguna pasif, sebenarnya saya pun belum bisa memastikan lebih rendah atau tidak. Baru mengacu dari penelitian di luar negeri saja. Setelah ada penelitian vape, barulah bisa menjawab bahaya uap vape,” Kadek menambahkan.

(Via Liputan6.com)

Comments

Comments are closed.