Wilson “Ucup” Andryo: Mewujudkan Mimpi Lewat Hobby

By Reiner Rachmat | Interviews | Senin, 1 Juli 2019

Mungkin bagi para coil builders, nama Kookpunt sudah pasti tidak asing lagi. Namun, walaupun namanya terdengar sedikit eksotis, ternyata Kookpunt adalah produk dalam negeri hasil prakarsa dari Wilson Andryo. Yuk, kita simak bagaimana pria yang akrab disapa “Ucup” ini bisa membangun Kookpunt dari nol hingga menjadi brand terpercaya ini!

Bisa ceritakan bagaimana awalnya Bang Ucup bisa kepikiran untuk membuat coil wire sendiri?

Pada awalnya sih saya tidak punya niatan khusus ke situ. Awalnya, saya hanya seorang coil builder yang hobby dengan coil art. Saya dulu sering sekali memamerkan hasil karya saya di media sosial. Suatu ketika di tahun 2015, saya dihubungi oleh teman saya yang berada di Jerman, ia mengatakan ingin menyediakan saya coil wire secara gratis agar saya dapat terus berkarya. Saya awalnya ragu, karena walaupun teman, saya tidak lantas percaya begitu saja karena dia tidak mengatakan dari mana ia mendapatkan coil wire tersebut. Setelah dijelaskan bahwa ia bersama rekannya membuat coil wire tersebut sendiri, saya tetap ragu. Namun setelah dikirimkan sample dan saya gunakan sendiri, ternyata memang coil wire ini memiliki kualitas yang sangat baik. Saya menanyakan kembali kepada teman saya mengenai kemungkinana coil wire ini dijual secara luas, ternyata pada saat itu belum. Akhirnya saya mengajukan diri untuk memasarkannya karena merasa bahwa coil wire ini memang harus diperkenalkan kepada para coil builders lain. Akhirnya dari saat itulah, coil wire ini dinamakan Kookpunt. Saat ini, distribusi Kookpunt sendiri dipegang oleh My Juice Indonesia. Namun, pada tahun 2019 ini, Kookpunt akan menjadi sebuah perusahaan resmi di Indonesia. Tunggu saja tanggal mainnya.

Dari mana asal nama Kookpunt sendiri?

Kookpunt sendiri berasal dari bahasa Belanda yang berarti “titik didih”. Nama ini saya ambil karena terinspirasi dari coil wire sendiri yang memiliki ciri khas masing-masing ketika dipanaskan. Alasan kenapa saya mengambil namanya dari bahasa Belanda, mungkin karena mudah diucapkan dan mudah diingat. Walaupun terkadang pengucapannya seringkali meleset, namun paling tidak tetap mirip dan tidak terlalu terdengar dipaksakan.

(Ahmad Baihaqi) “Kookpunt sendiri berasal dari bahasa Belanda yang berarti “titik didih”. Alasan kenapa saya mengambil namanya dari bahasa Belanda, mungkin karena mudah diucapkan dan mudah diingat.”

Kookpunt sendiri sekarang dikenal sebagai brand coil wire yang bisa dikatakan terpercaya. Bahkan kini sudah mulai merambah ke pre-build coil dan e-liquid. Bagaimana perkembangannya bisa sampai sejauh ini?

Mungkin bisa dikatakan saya dikelilingi oleh orang-orang yang tepat, ha ha ha. Awalnya Kookpunt sendiri diremehkan karena para coil builders sudah menggunakan coil wire lain. Saya lalu mulai merekrut beberapa coil builders muda yang saya rasa berpotensi, membimbing mereka lalu mengikutsertakan mereka di kompetisi coil building. Lambat laun, para coil builders rekrutan saya ini menjadi sering menang kompetisi. Dari situ pun akhirnya nama Kookpunt sendiri ikut dikenal. Dari mengikuti beberapa kompetisi juga, saya bisa berkenalan dengan Oppa Deekay, salah satu “tetua” di dunia vape. Kini Oppa Deekay merupakan salah satu brand ambassador dari Kookpunt. Perihal merambah ke e-liquid, sebenarnya itu merupakan salah satu langkah untuk Kookpunt agar dapat berekspansi dalam industri vape di Indonesia. Ke depannya, mungkin Kookpunt juga akan mengeluarkan berbagai produk vaping lain seperti atomizer, vape mod dan lain-lain. Saya ingin agar Kookpunt ini tidak hanya dikenal oleh suatu lingkaran tertentu saja, namun kalau bisa semua orang bisa kenal dengan Kookpunt, bahkan mereka yang bukan vapers. Maka dari itu, kami juga sudah memulai untuk merambah ke pakaian dengan desain khas Kookpunt.

Jika dilihat dari namanya, tidak ada unsur nama “Ucup” sama sekali. Dari mana asal mula nama “Ucup”?

Ha ha ha. Terdapat kejadian yang lucu dibalik nama “Ucup”. Jadi saat itu, saya sedang menjadi panitia sebuah acara dimana saya dipercaya untuk menjadi bendahara. Ketika memintai pembayaran dari rekan-rekan untuk para peserta acara, saya tidak menggunakan rekening pribadi, tetapi menggunakan rekening ketua pelaksana, yaitu teman saya yang bernama Yusuf. Banyak orang yang mengira bahwa saya menggunakan rekening palsu atau ingin menipu mereka. Setelah saya jelaskan persoalannya, akhirnya saya diberi nama panggilan “Ucup”. Sejak saat itu, nama tersebut sudah terlekat kepada saya.

Mengenai regulasi yang ada saat ini, yaitu pita cukai pada e-liquid yang dihargai sebesar 57 persen, bagaimana tanggapan Bang Ucup terhadap hal ini?

Bagi saya sendiri, sebenarnya pengenaan pajak cukai terhadap e-liquid sudah tepat. Dengan begini, maka ada kepastian mengenai masa depan industri produk vaping di Indonesia. Mungkin saat ini memang hanya dikenakan terhadap e-liquid, tapi saya rasa nantinya juga akan dapat dikenakan terhadap produk vaping lain. Namun untuk saat ini saya sudah cukup bersyukur. Mengenai besaran yang harus dibayarkan, 57 persen memang terlihatnya sangat berat. Tapi menurut saya sendiri, dikarenakan industri produk vaping sendiri saat ini sedang berkembang, maka harus dapat membuktikan kepada negara bahwa industri ini memang mampu menyumbangkan banyak kepada pemerintah. Apabila nantinya industri produk vaping sudah berkembang dengan lebih baik, bukan tidak mungkin nanti besaran harga pita cukai juga akan dapat berkurang.

(Ahmad Baihaqi) “Untuk para coil builders, jangan pernah menyerah. Apabila menemui kesulitan dalam belajar, jangan sungkan untuk bertanya kepada yang lebih tahu. Saling berbagi ilmu antar sesama coil builders itu diperlukan agar dapat saling memberikan inspirasi serta menjaga komunikasi antar coil builders.”

Terakhir, apakah Bang Ucup punya pesan yang ingin disampaikan kepada para vapers di Indonesia?

Untuk para coil builders, jangan pernah menyerah. Apabila menemui kesulitan dalam belajar, jangan sungkan untuk bertanya kepada yang lebih tahu. Saling berbagi ilmu antar sesama coil builders itu diperlukan agar dapat saling memberikan inspirasi serta menjaga komunikasi antar coil builders. Terus berkarya dan menghasilkan karya-karya baru, karena coil art merupakan sebuah seni dan seni itu tidak ada batasannya. Untuk para vapers secara umum, jangan memaksakan preferensi terhadap vapers lain. Saya sering melihat dimana vapers saling mengejek apabila seseorang menggunakan menggunakan mod, e-liquid yang bukan selera mereka. Setiap orang memiliki preferensi sendiri, maka tidak boleh dipaksakan preferensi pribadi terhadap orang lain. Selain itu, mari kita terus jaga agar vapers Indonesia bebas dari narkoba, karena selain tidak ada keuntungannya, narkoba juga menjadi faktor utama perusak generasi muda. Mari kita sama-sama perangi narkoba dan lebih mending berkarya agar citra industri produk vaping di Indonesia dapat terus dipandang secara positif.

Comments

Comments are closed.