Kapan pertama kali berkenalan dengan vape?
Saya pertama kali berkenalan dengan vape pada tahun 2013 akhir yang pada waktu itu dikenalkan oleh klien di tempat saya bekerja.Pada saat itu, untuk mendapatkan produk vaping sangat sulit dan harganya juga sangat mahal. Baru pada tahun 2014, vape store sudah mulai banyak beredar di Indonesia sehingga harga-harga produk vaping pun menjadi lebih terjangkau. Walaupun begitu, tetap saja saya waktu itu merasa rugi membeli produk banyak-banyak karena kebanyakan tidak sesuai dengan preferensi saya. Akhirnya, saya mulai aktif mengulik sendiri produk vaping yang saya beli dan mempelajari bagaimana membuatnya agar dapat memberikan performa maksimal, semisal menemukan cara coiling yang tepat atau pengaturan voltase yang sesuai bagaimana. Seringkali saya bereksperimen dengan berbagai trial and error. Tujuan saya waktu itu adalah untuk mempengaruhi rekan-rekan kerja saya untuk beralih ke vaping. Maka dari itu, tujuan saya adalah agar vape device yang saya berikan ke mereka dapat memberikan kepuasan kepada mereka sesuai dengan selera mereka masing-masing.

(Ahmad Baihaqi) “Saya mulai aktif mengulik sendiri produk vaping yang saya beli dan mempelajari bagaimana membuatnya agar dapat memberikan performa maksimal. Seringkali saya bereksperimen dengan berbagai trial and error.”
Bagaimana bisa menjadi seorang reviewer terpercaya sampai sekarang?
Saya awalnya mulai mencari tahu tentang komunitas vaping yang ada di Indonesia saat itu. Ternyata setelah masuk komunitas, saya dapat belajar banyak dari vapers lain dan saya juga dapat berbagi ilmu dengan yang lain. Ternyata respon yang saya dapat cukup bagus dari komunitas. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat blog sebagai arsip dari pengetahuan yang ingin saya bagikan kepada vapers lain dengan nama Mang Vapor. Nama tersebut saya pilih agar lebih memasyarakat dan mudah diingat.
Kenapa tertarik jadi reviewer?
Saya seringkali mendengar dari orang kalau vaping itu ribet dan akhirnya yang sudah pindah ke vape balik lagi ke rokok. Tujuan awalnya agar bisa memberikan edukasi kalau sebenarnya vaping itu mudah dan tidak ribet atau mahal. Bahkan dengan cara mengulik seperti saya, bisa menghemat lebih dari setengah harga seseorang membeli rokok sebulan. Alasan terakhir ini cukup berpengaruh karena itulah yang akhirnya menjadi pertimbangan kebanyakan vapers.
Untuk Review, apakah hasil dari mengulik sendiri atau melihat reviewer lain terlebih dahulu?
Saya sering juga melihat reviewer lain, khususnya reviewer dari luar negeri sebagai bahan pertimbangan. Hal ini bukan karena saya mau plagiat, tapi karena rata-rata reviewer luar negeri lebih dulu bisa mendapatkan produk-produk baru ketimbang reviewer di Indonesia. Tetapi tentu saja pada akhirnya saya akan membuat review sesuai apa yang saya rasakan sendiri. Saya pastikan lagi sendiri apakah apa yang dikatakan si reviewer tersebut benar adanya atau tidak. Hal ini karena buat saya, rasa itu absolut, sesuai dengan selera masing-masing, jadi apa yang dibilang orang lain belum tentu berlaku seperti saya.
Mengenai pengenaan pita cukai sebesar 57 persen terhadap e-liquid, bagaimana tanggapannya?
Bagi saya ini merupakan sebuah langkah maju untuk industri produk vaping Indonesia. Dengan adanya cukai, maka vape sudah bisa dikatakan legal untuk diperjualbelikan di Indonesia. Namun tentu saja masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Salah satunya adalah untuk mendapatkan legalisasi juga dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Walaupun sudah sering asosiasi vapers di Indonesia untuk mendekati BPOM, namun hingga sekarang masih belum ada jawaban yang pasti mengenai pandangan mereka terhadap vape. Tapi tentu saja apa yang sudah diperjuangkan hingga saat ini sudah cukup memuaskan, khususnya bagi vapers. Kalau mengenai besaran cukainya, saya rasa cukup adil karena bisa dikatakan sekarang ini masih industri produk vaping di Indonesia masih mencari standarisasi. Apabila nantinya sudah ada standarisasi yang seragam, bukan tidak mungkin nanti besaran cukainya akan jauh lebih murah.
Apakah ada standar tertentu untuk menjadi seorang reviewer?
Kalau menurut saya, seorang reviewer perlu terlebih dahulu mengetahui mengenai komponen-komponen dari produk tersebut, seperti misalnya chip apa yang digunakan, resistensi maksimalnya berapa. Untuk atomizer sendiri, perlu diketahui juga spesifikasinya seperti dimensi drip tip, mouthpiece, tower dan desainnya. Dengan begitu, nantinya saat review kita bisa memberitahu apa yang bisa membuat rasanya lebih terasa, apa yang membuat produksi uapnya lebih banyak, apa yang dapat ditingkatkan dan bagaimana dapat menguliknya sehingga dapat memberikan performa maksimal.

(Ahmad Baihaqi) “Seorang reviewer perlu terlebih dahulu mengetahui mengenai komponen-komponen dari produk tersebut. Dengan begitu, (dia) bisa memberitahu apa yang bisa membuat rasanya lebih terasa, apa yang membuat produksi uapnya lebih banyak, apa yang dapat ditingkatkan dan bagaimana dapat menguliknya sehingga dapat memberikan performa maksimal.”
Saat ini kehadiran pod mod seakan membuat sebuah pasar sendiri yang berbeda dengan vape device lain. Bagaimana tanggapannya?
Kalau menurut saya, justru kehadiran pod mod akan membantu lebih banyak perokok untuk bertransisi ke vape. Selain karena bentuknya yang lebih mirip dengan rokok serta cara menggunakannya yang mudah. Saya juga percaya bahwa sekali seseorang beralih ke vape, maka pasti mereka akan lebih penasaran untuk mengeksplor lebih dalam, terutama dari segi rasa. Maka banyak sekali para vapers pemula yang menggunakan pod mod yang nantinya akan penasaran untuk mencoba vape device jenis lain. Selain itu, bagi para vapers lama, pod mod seringkali dijadikan vape device sekunder yang mereka gunakan apabila vape device utama mereka karena beberapa alasan tidak dapat digunakan, seperti misalnya ketika sedang di ruangan tertutup.Jadi apabila dikatakan pod mod telah menciptakan sebuah pasar baru, saya rasa tidak tepat.
Terakhir, apakah ada pesan yang ingin disampaikan kepada vapers di Indonesia atau mungkin kepada sesama reviewer?
Kalau untuk sesama reviewer, mari kita selalu jujur dalam membuat review, jangan pernah saling menjatuhkan. Kejujuran dalam review akan lebih dihargai oleh vapers karena terkesannya reviewer tidak hanya berusaha jualan, tetapi juga memberikan kritikan kepada produsen agar kekurangan yang ada dapat diperbaiki pada produk berikutnya. Bagi para pelaku industri produk vaping Indonesia, mari sama-sama majukan industri ini dan meningkatkan kualitas produk agar dapat bersaing di kancah industri internasional. Untuk vapers Indonesia, jadikan vaping bukan hanya sekedar hobby saja, tetapi jadikan seolah vape merupakan salah satu kebutuhan hidup. Dengan begitu, vapers akan dapat lebih banyak menerima ilmu mengenai produk-produk vaping sehingga tidak merasa dirugikan saat membeli produk dan akan dapat memilih produk apa yang sesuai dengan kebutuhan vaping masing-masing.
*Nantikan review eksklusif dari Mang Vapor hanya di Instagram & Youtube Vapemagz Indonesia!
Comments