Dr. Willy Budiman: “Vape Tidak Seburuk Yang Dibayangkan”

By Reiner Rachmat | Interviews | Jumat, 14 Desember 2018

Dr. Willy Budiman, seorang dokter umum yang seringkali berurusan dengan vape. Bukan karena hobby, tetapi karena seringkali berinteraksi dengan vapers. Vapemagz Indonesia berkesempatan berbincang dengan Dr. Willy untuk mengetahui pandangannya terhadap vape.

 

Bagaimana pertama kali dokter mengetahui tentang vape?

Saya mengenal vape dari teman-teman sekitar saya. Banyak dari teman-teman saya yang kebetulan vaping. Awalnya, saya merasa sedikit terganggu karena uapnya yang banyak. Selain itu, saya waktu itu berpikir bahwa vape adalah rokok elektrik yang tidak ada bedanya dengan rokok konvensional. Namun saya diberitahu oleh teman saya bahwa vape tidak sama dengan merokok karena uap yang dihasilkan merupakan hasil pemanasan dari e-liquid sehingga tidak mengandung tar seperti pada rokok. Tentu saya tidak lantas percaya begitu saja. Akhirnya saya pun mencari tahu mengenai vape. Bagaimana cara kerjanya dan apa komposisi yang terdapat didalam e-liquid. Ternyata setelah saya mempelajari, cara kerja alat vape itu hampir mirip dengan nebuliser. Nebuliser merupakan alat medis  yang digunakan untuk memasukkan obat dalam bentuk uap untuk dihirup ke dalam paru-paru dan biasa digunakan untuk mengobati asma atau penyakit pernapasan lainnya. Lalu saat saya mencari tahu tentang komposisi e-liquid dan saya menemukan bahwa e-liquid ternyata dibuat dengan larutan propylene glycol (PG) dan vegetable glycerin (VG) yang banyak kita temui sehari-hari pada bahan perasa buatan. Dari situlah saya tahu bahwa vape berbeda dengan rokok konvensional.

 

Lalu, apakah dengan penambahan nikotin dalam e-liquid tidak membuat vape menjadi bahaya?

Perlu dikethaui bahwa sebenarnya nikotin bukan zat yang berbahaya. Berbagai macam makanan yang kita konsumsi sehari-hari pun mengandung nikotin, seperti terong ataupun kentang. Apa yang membuat rokok konvensional berbahaya adalah hasil dari pembakaran dari daun tembakau serta kertas pembalutnya yang menghasilkan tar. Walaupun memang benar bahwa kelebihan mengkonsumsi nikotin dapat berbahaya, salah satunya adalah adiksi. Adiksi terhadap nikotin mengakibatkan seseorang kurang dapat berkonsentrasi dan merasa gelisah.

 

Apakah dokter pernah melakukan penelitian sendiri tentang vape?

Kalau dikatakan secara medis ataupun secara ilmiah belum pernah. Tetapi saya seringkali melihat hasil rontgen paru-paru dari orang yang sebelumnya merokok lalu beralih ke vape. Apa yang saya lihat berdasarkan hasil rontgen itu adalah flek yang sebelumnya ada pada paru-paru orang tersebut cenderung berkurang. Memang hal tersebut tidak membuktikan bahwa vape dapat membersihkan paru-paru seorang perokok, tetapi dari hasil rontgen tersebut saya dapat melihat bahwa flek yang diakibatkan oleh rokok konvensional secara perlahan semakin luntur. Tidak bisa dikatakan secara pasti bahwa hal tersebut merupakan hasil dari vape, tetapi lebih karena konsumsi rokok konvensional yang berkurang, maka flek pun berkurang secara signifikan. Mungkin lebih aman dikatakan bahwa vape disini berperan sebagai pengalih dari rokok konvensional dan menurut saya itu merupakan hal yang bagus.

 

Apakah vape berbahaya bagi mereka yang aktif berolahraga?

Kebetulan saya juga aktif bermain bulutangkis dan ada beberapa teman saya yang turut serta bermain bersama saya juga vaping. Pada awalnya, saya juga ragu apakah mereka merasa sesak napas saat bermain bulutangkis karena mereka vaping. Namun menurut salah satu pengakuan teman saya yang saya tahu kalau dulunya ia seorang perokok, pada saat ia dulu merokok, ia memang kesulitan untuk berolahraga karena sering merasa napasnya pendek. Namun sejak ia beralih ke vape, ia mengakui bahwa kini pernapasannya menjadi lebih baik dan ia pun merasa dapat berolahraga lebih lama dibandingkan pada saat ia merokok dulu. Menurut pandangan saya, hal ini berkaitan dengan hasil rontgen tadi. Dengan mengurangi rokok, maka flek yang sebelumnya mempengaruhi kinerja paru-paru kita pun akan berkurang dan menurut saya hal tersebut merupakan hasil yang baik.

 

Bagaimana cara dokter untuk meyakinkan seorang perokok berat untuk beralih ke vape?

Pertama, saya harus mencari tahu terlebih dahulu gejala-gejala yang ia alami selama menjadi perokok. Misalnya, ia mengeluhkan kesulitan bernapas atau mungkin merasa badannya menjadi lemas dan kaku apabila tidak merokok. Lalu saya akan menjelaskan kepadanya mengenai kandungan yang terdapat pada rokok dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi kinerja tubuh kita. Tentu kita tahu bahwa rokok mempengaruhi pernapasan dan dapat mengakibatkan seseorang untuk sesak napas. Selain itu, nikotin juga mengandung stimulan yang dalam arti membuat kita merasa seolah memiliki tenaga lebih atau lebih tepatnya sugesti. Selain itu, salah satu gejala ketika kita tidak mengkonsumsi zat adiktif adalah tubuh kita merasa kaku dan hal itu wajar karena tubuh kita sedang melawan adiksi tersebut. Setelah itu, barulah saya akan merekomendasikan orang tersebut untuk beralih ke vape dan memberikan penjelasan tentang vape. Mungkin akan terjadi penolakan dari orang tersebut dan saya pun tidak akan memaksanya untuk langsung beralih. Semua tergantung dari orang tersebut karena apa yang saya bisa lakukan adalah dengan pendekatan persuasif dan saya akan mengingatkan dia bahwa hal ini adalah demi kesehatan dirinya sendiri.

 

Lalu apakah dokter sendiri merekomendasikan vape kepada seorang perokok yang ingin berhenti?

Sebenarnya bagi seorang perokok untuk berhenti merokok ya sebaiknya langsung berhenti. Tapi hal tersebut bisa jadi sangat sulit bagi mereka. Tentu karena itu sudah menjadi kebiasaan mereka dan tubuh mereka pun sudah terbiasa dengan merokok, terutama dari segi memori motorik, yaith gerakan pada saat merokok. Vape baik sebagai pengalih dari rokok konvensional, tapi perlu diingat bahwa tujuan utamanya adalah berhenti merokok dan jangan justru menjadikan vape sebagai pengganti merokok.

 

Terakhir, apakah dokter punya pesan untuk para vapers?

Pesan saya bagi vapers adalah untuk selalu menjaga higienitas, baik higienitas vape device dengan selalu membersihkannya secara berkala ataupun saat vaping dengan teman-teman. Saya seringkali melihat vapers bertukaran vape device dan itu tidak dianjurkan sama sekal karena beberapa penyakit dapat tersebar melalui air liur. Oleh karena itu, sebaiknya hindari untuk bertukar vape device. Selain itu, selalu hormati orang lain yang tidak vape. Jangan menganggap bahwa semua orang dapat menerima vape. Walaupun vape sudah legal karena kalau kita bicara legal, rokok pun juga legal. Tidak semua orang tahu bahwa vape lebih aman daripada rokok dan adalah tugas vapers untuk memberikan mereka pengetahuan tentang itu. Jangan hanya mengatakan bahwa vape itu lebih aman dan sudah legal, tetapi beritahukan juga mengapa vape lebih aman dan dasar dari legalitasnya.

Comments

Comments are closed.