Ario Ardani, Sosok Brewer Dibalik Kesuksesan Jago Liquid di Kancah Internasional

By Vape Magz | Creator/Modder | Senin, 31 Oktober 2022

Pada edisi kali ini, Vapemagz berkesempatan mewawancarai sosok brewer yang sangat inspirasional atas kesuksesannya di industri vape yang menorehkan karyanya sampai ke negara-negara di berbagai belahan dunia, yaitu Ario Ardani. Pria yang kerap disapa dengan ‘mas Dani’ ini merupakan salah satu sosok yang meprakarsai Jago Liquid, produk liquid unggulan karya anak bangsa Indonesia. Jago liquid mampu meraih hati pasar karena keunikan flavor liquidnya yang terinspirasi dari menu makanan, minuman, ataupun dessert, seperti Custard Eclair, Cream Oak Tobacco, Butterscotch Tobacco yang selalu menjadi incaran dan menjadi penjualan tertinggi setiap bulannya. Keunikan ini nyatanya dilatar belakangi oleh sosok Ario Ardani yang bukan hanya menggeluti profesi sebagai brewer, namun juga professional chef di New Zealand.

Jago Liquid mendulang kesuksesan tidak hanya dengan melakukan ekspansi keluar negri, namun juga telah berkolaborasi dengan beberapa high-end modder seperti Armor Mods from Malaysia and Monarchy from Poland. Kali ini, Mas Dani akan berbagi pengalaman, tips sukses, hingga prosesnya menjadi seorang brewer sukses dengan produk liquid ciptaannya sendiri. Yuk simak ulasannya, vapers!

Bagaimana background awal perjalanan karir dari mas Dani sampai bisa menetap di New Zealand dan sukses menjadi seorang professional chef disana?

Saya tinggal di New Zealand sudah 15 tahun. Saya mengawali karir dari London dan melanjutkan kuliah Culinary Art di Malaysia. Ketika saya apply kerja di Kanada saat itu ada seorang teman saya yang bekerja di New Zealand. Sembari saya menunggu panggilan kerja, saya memutuskan untuk berlibur di New Zealand, namun saya merasa nyaman tinggal di negara ini dan akhirnya mencoba apply untuk bekerja disini, siapa sangka saya diterima dan akhirnya keterusan menetap disini sampai sekarang.

Kenapa pada akhirnya memutuskan untuk tinggal di New Zealand?

Negara ini nyaman dan aman, jika sepulang kerja terasa lelah, saya bisa langsung ke pantai, karena disini nature nya sangat dijaga dan juga tingkat kemacetan juga tidak tinggi seperti di Jakarta. Sehingga life balancenya dapat.

Bagaimana kemudian memilih untuk terjun dalam dunia vape dan memutuskan menjadi seorang brewer?

Saya terjun karena pada dasarnya saya sendiri awalnya mulai ngevape dari tahun 2014-2015. Awal mula tertarik sama vape karena merasa vape lebih enak dan ringan. Lalu, 3 tahun setelah vape, saya mencoba untuk membuat liquid sendiri, tapi belum saya coba untuk pasarkan pada waktu itu, hanya untuk konsumsi pribadi semata. Lalu, banyak teman saya yang ikut mencoba pada akhirnya. Pada tahun 2018, saya bertemu dengan teman dan mulai vape bareng, lalu menawarkan untuk memasarkan liquid yang saya buat. Pemasarannya sendiri melalui Facebook group pada saat itu. Kita mencoba kirim liquid ke negara-negara di Eropa, dsb. Saya juga membuat sesuatu yang berbeda dengan menciptakan flavor liquid terinspirasi dari makanan karena latar belakang saya sebagai seorang chef.

Bagaimana keuntungan sebagai seorang chef tentunya dapat membantu menciptakan sebuah rasa yang unik dan terbaik dalam sebuah liquid?

Tentunya membantu karena background saya sebagai seorang chef, walau sudah banyak dipasaran liquid dengan rasa yang terinspirasi dari makanan. Jago sendiri memiliki kualitas dan cita rasa yang berbeda tentunya. Kita tidak pernah memakai premix essence or ready to use yang banyak beredar di pasaran. Jadi kita menggunakan food grade natural essence dengan standarisasi internasional.

Nama Jago Liquid sendiri sudah sangat mendunia di mancangeara, namun mengapa Jago sendiri baru dipasarkan di Indonesia pada tahun 2020?

Kita 2 tahun setelah pemasaran diluar kita baru masuk ke Indonesia. Saat itu kita belum fokus untuk di Indonesia, karena fokus kita diluar, dan setelah 2 tahun kita merasa sudah waktunya untuk Jago diluncurkan juga di Indonesia. Namun pada saat itu masih covid, jadi pada saat peluncuran, saya tidak dapat hadir karena terkendala regulasi. Saat bandara sudah dibuka kembali, saya buru-buru untuk balik secepatnya. Sebelumnya kita hadirkan lewat website, tokopedia, dan netwoking kita. Makanya mungkin kelihatannya seperti Jago baru release tahun 2022, padahal sudah release dari tahun 2020. Kalau sekarang di Indonesia lebih kita perhatikan, karena diluar Jago bisa dibilang sudah take off lah. Pada saat itu saya juga berfikiran, bahwa saya sebagai orang Indonesia merasa kurang pas jika Jago sendiri belum bisa dinikmati teman-teman saya dari Indonesia. Makanya kita memutuskan untuk release produk di Indonesia.

(Jago E-liquid. (foto: dok. Vapemagz)

Negara mana yang menjadi konsumen terbesarnya Jago?

Kita lebih memasarkan keluar, seperti negara bagian Eropa, Cina, Korea, bahkan sampai Saudi Arabia untuk saat ini.

Apakah ada negara lain yang menjadi target ekspansi Jago kedepannya?

Sebenarnya sebelum ekspansi di Indonesia, kita maunya lebih merambah ke Amerika, namun karena ada regulasi terkait tobacco tersebut, akhirnya kita memutuskan untuk pindah ke Indonesia. Kita tadinya berencana di Amerika, karena kan kita sudah memiliki partner dan sudah berkolaborasi dengan mereka untuk pembuatan liquid yang baru aja kita release beberapa bulan. Relasi dari facebook group dari amerika sudah kita build dari 2-3 tahun, cuma sekarang regulasi di Amerika sudah sangat berbeda, itu yang akhirnya kita hold dahulu.

Jago banyak sekali berkolaborasi dengan pelaku industri vape, khususnya Monarchy dan Armor Mods termasuk dalam kolaborasi terbesar bersama Jago. Bisa diceritakan sedikit munculnya kolaborasi antara Jago dan Monarchy?

Kolaborasi ini menjadi mimpi yang menjadi kenyataan. Saya memang mengenal Monarchy sejak lama, saya bahkan sudah sangat familiar dengan produk keluaran mereka. Saya berteman baik dengan salah satu moder dari Monarchy dan saya juga sering mengirimi mereka produk keluaran Jago, dan mereka bantu support akan hal itu. Saat chat seperti biasa, mereka justru yang pertama menggagas kolaborasi itu, menantang saya untuk membuat suatu flavor dan setelah 3 kali pembuatan, menghasilkan rasa yang pas dan bahkan mendapat respons yang sangat positif. Dari situlah kolaborasi bersama Monarchy tercipta.

(Foto Produk Hasil Kolaborasi Jago dengan Monarchy. (foto: dok. Vapemagz)

Apakah ada tips khusus bagi para brewer supaya bisa go international seperti Pak Dani?

Kalau dari saya kuncinya jangan pernah berhenti berkarya, fokus, dan konsisten. Ketiga kunci itu yang apabila dijalankan, pasti jalan akan selalu terbuka.

 

Comments

Comments are closed.